Proposal Penelitian Menguak Kasus Penembakan Brigadir Firman Oleh Oknum Opm Sebagai Bentuk Ancaman Terhadap Integrasi Nasional


MENGUAK KASUS PENEMBAKAN BRIGADIR FIRMAN OLEH OKNUM OPM SEBAGAI BENTUK ANCAMAN TERHADAP INTEGRASI NASIONAL BERBASIS PROJECT BASED LEARNING DENGAN METODE DEBAT

Disusun Oleh :
Haidar Bahalwan              (10)                 
Hengky Dwi Purnomo      (11)
Listi Friama Az’ari            (14)
Luluk Ilma’nunah             (15)
Luluk Nur Fadhillah M.    (16)
Meilina Dwi Putri L.         (19)
Nur Hayati Istiqomah       (24)
Ridwan Tri Cahyo U.       (28)
Salsa Alya Safira               (32)

Kelas XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 PATI
Jalan Panglima Sudirman No. 24 Pati. Telp (0295)381454
Fax: (0295)381454 Email :smansapati@yahoo.com Website : sman1pati.sch.id
TAHUN PELAJARAN 2017/2018


MENGUAK KASUS PENEMBAKAN BRIGADIR FIRMAN OLEH OKNUM OPM SEBAGAI BENTUK ANCAMAN TERHADAP INTEGRASI NASIONAL BERBASIS PROJECT BASED LEARNING DENGAN METODE DEBAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Semester II
Disusun Oleh :
Haidar Bahalwan              (10)                 
Hengky Dwi Purnomo      (11)
Listi Friama Az’ari            (14)
Luluk Ilma’nunah             (15)
Luluk Nur Fadhillah M.    (16)
Meilina Dwi Putri L.         (19)
Nur Hayati Istiqomah       (24)
Ridwan Tri Cahyo U.       (28)
Salsa Alya Safira               (32)

Kelas XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 PATI
Jalan Panglima Sudirman No. 24 Pati. Telp (0295)381454
Fax: (0295)381454 Email :smansapati@yahoo.com Website : sman1pati.sch.id
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul Menguak Kasus Penembakan Brigadir Firman Oleh Oknum OPM Sebagai Bentuk Ancaman Terhadap Integrasi Nasional Berbasis Project Based Learning dengan Metode Debat dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI MIPA 1 di SMAN 1 Pati.
1.
………………..
Haidar Bahalwan
6.
………………..
Meilina Dwi Putri L.
2.
………………..
Hengky Dwi Purnomo
7.
………………..
Nur Hayati Istiqomah
3.
……………….
Listi Friama Az’ari
8.
………………..
Ridwan Tri Cahyo U.
4.
………………..
Luluk Ilma’nunah
9.
………………..
Salsa Alya Safira        
5.
………………..
Luluk Nur Fadhillah M.



Pati,                 2018
Guru Pembimbing,


Nur Wijayanti, S.Pd.
NIP. 196308271987032004

MOTTO

1.      “Pertahankan Hak-Hakmu, jangan sampai direnggut oleh hal yang tak berguna”- Anonim
2.      “Negara akan terus menjalankan tugas konstitusi untuk melindungi hak warga Negara dalam menjalankan ibadah, sesuai dengan wewenangya.”- SusiloBambangYudhoyono
3.      “Jangan pernah memperlakukan tugas manapun sebagai proyek sambilan atau sekedar sampingan. Pandanglah selalu rakyat sebagai mitra jangka panjang.” –Anonim
4.      “Kekuasaan cenderung disalahgunakan, dan kekuasaan mutlak pasti dipersalahgunakan.” –Lord Acton
5.      “Konstitusi dimaksudkan untuk melindungi hak-hak praktis dans ubstansial, tidak untuk mempertahankan teori.” –David V.Mills
6.      “Penafsiran prinsip-prinsip konstitusional tidak boleh terlalu harfiah. Kita harus ingat bahwa mesin pemerintahan tidak akan bekerja jika tidak diperkenankan bermain kecil pada sendi tersebut.”- Bain Peanut Co.V.Pinsun




PERSEMBAHAN

            Pada lembar persembahan ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat mendukung penyusun dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Adapun yang dimaksud sebagai berikut :
1.      Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
2.      Orang Tua kami tercinta yang telah mendukung danmemberikan doa,
3.      Bapak Budi Santosa, S.Pd, M.Pd, M.Si. selaku kepala SMA Negeri 1 Pati,
4.      Ibu Sumanah, S.Pd, M.Pd. selaku wali kelas XI MIPA 1
5.      Ibu Nur Wijayanti, S.Pd. selaku guru pembimbing kami yang telah membimbing kami tanpa kenal lelah,
6.      Guru-guru yang telah mendukung dengan segenap doa,
7.      Teman-teman yang mendukung, membantu, member semangat, serta memberikan kritik dan saran,
8.      Narasumber wawancara yang telah memberikan waktunya untuk member informasi lebih kepada kami,
9.      Semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini,
10.  Para pembaca makalah yang telah membaca makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami harap dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi siswa dan siswi SMA N 1 Pati, sehingga dapat menjadi panduan bagi mereka kelak.

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Menguak Kasus Penembakan Brigadir Firman Oleh Oknum OPM Sebagai Bentuk Ancaman Terhadap Integrasi Nasional Berbasis Project Based Learning dengan Metode Debat”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah tentang ”Menguak Kasus Penembakan Brigadir Firman Oleh Oknum OPM Sebagai Bentuk Ancaman Terhadap Integrasi Nasional Berbasis Project Based Learning dengan Metode Debat” dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Pati,                 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................  i
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................  ii
MOTTO ...........................................................................................................  iii
PERSEMBAHAN ..........................................................................................  iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................  v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................  ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... . x
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ......................................................................  1
1.2  Rumusan Masalah ................................................................................  3
1.3  Tujuan Penelitian .................................................................................  3
1.4   Manfaat ..............................................................................................  4
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Integrasi Nasional ...............................................................................  6
2.1.1 Pengertian ...................................................................................  6
2.2 Ancaman .............................................................................................  9
2.2.1 Pengertian Ancaman ...................................................................  9
2.2.2 Bentuk Ancaman ........................................................................  10
2.3 Organisasi Papua Merdeka .................................................................  11
2.3.1 Pengertian ...................................................................................  11
2.3.2 Latar Belakang ............................................................................  15
2.3.3 Kasus Yang Melibatkan OPM ....................................................  18
2.3.3.1 Kasus Penembakan Brigadir Firman ..............................  18
2.4 Landasan Hukum Integrasi Nasional .................................................  20
2.4.1 Nasional ......................................................................................  20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian .................................................................................  24
3.1.1 Tema Penelitian ..........................................................................  24
3.1.2 Sumber Data ...............................................................................  24
3.2 Setting Penelitian .................................................................................  25
3.2.1 Tempat Penelitian .......................................................................  25
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................  25
3.3 Metode Penelitian ................................................................................  25
3.3.1 Problem Based Learning .............................................................  25
3.3.2 Debat ..........................................................................................  29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................  31
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data dengan Kuisioner ............................  31
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data dengan Wawancara .........................  32
3.5 Teknik Analisis Data ...........................................................................  35
3.5.1 Teknik Analisis Data Kuantitatif ................................................  35
3.5.2 Teknik Analisis Data Kuanlitatif ................................................  35
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Angket Kuesioner ......................................................................  38
4.1.1 Hasil Angket Pertanyaan ke-1 ....................................................  38
4.1.2 Hasil Angket Pertanyaan ke-2..................................................... 41
4.1.3 Hasil Angket Pertanyaan ke-3..................................................... 44
4.1.4 Hasil Angket Pertanyaan ke-4..................................................... 47
4.1.5 Hasil Angket Pertanyaan ke-5..................................................... 50
4.1.6 Hasil Angket Pertanyaan ke-6..................................................... 54
4.2 Hasil Wawancara ................................................................................  57

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................  58
5.2 Saran ....................................................................................................  59
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................  60
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 61



DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ..........................................................................................................  29
Tabel 1.2........................................................................................................... 31
Tabel 1.3........................................................................................................... 32
Tabel 1.4........................................................................................................... 34
Tabel 1.5........................................................................................................... 35
Tabel 1.6........................................................................................................... 37
Tabel 1.7........................................................................................................... 38
Tabel 1.8........................................................................................................... 40
Tabel 1.9........................................................................................................... 41
Tabel 1.10......................................................................................................... 43
Tabel 1.11......................................................................................................... 44
Tabel 1.12......................................................................................................... 46



DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 .....................................................................................................  30
Diagram 1.2...................................................................................................... 31
Diagram 1.3 .....................................................................................................  33
Diagram 1.4 .....................................................................................................  34
Diagram 1.5 .....................................................................................................  36
Diagram 1.6 .....................................................................................................  37
Diagram 1.7 .....................................................................................................  39
Diagram 1.8 .....................................................................................................  40
Diagram 1.9 .....................................................................................................  42
Diagram 1.10 ...................................................................................................  43
Diagram 1.11 ...................................................................................................  45
Diagram 1.12 ...................................................................................................  46



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Secara politis, integrasi nasional merupakan penyatuan berbagai kelompok budaya serta sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk sebuah identitas nasional. Sedangkan, secara antropologis, integrasi nasional merupakan suatu proses penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga akan mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam kehidupan bermasyarakat. Integrasi nasional ini mengindikasikan adanya suatu kekuatan yang menggerakkan tiap-tiap individu untuk dapat hidup bersama sebagai kesatuan.
Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Pada satu sisi hal tersebut akan membawa dampak positif bagi bangsa disebabkan karena kita dapat memanfaatkan kekayaan alam Indonesia ini dengan secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun dari keuntungan tersebut hal tersebut juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Seperti yang kita ketahui dengan wilayah serta budaya yang melimpah itu akan dapat menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda juga sehingga akan dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Seperti  adanya gerakan OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang sudah pastinya mengancam integrasi nasional. Gerakan tersebut dapat menimbulkan kekacauan dan perpecahan dalam masyarakat. Hal ini yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Gerakan ini kerap kali melakukan aksi penyerangan yang pastinya sangat meresahkan masyarakat.  Seperti halnya, beberapa waktu lalu terjadi insiden penembakan terhadap Brigadir Firman dan seorang rekannya, Bripka Yongky Rumte, yaitu pada 15 November 2017 pukul 03.50 WIT.  Saat itu, anggota Brimob yang sedang melakukan patroli dan penyelidikan terhadap penembakan mobil Freeport sehari sebelumnya. Saat mereka menelusuri perbukitan di daerah mile 69, kelompok OPM tiba-tiba menyerang mereka. Penyerangan itu menyebabkan tewasnya Brigadir Firman.
Adanya penyerangan ini menyebabkan anggota Brimob yang bertugasdisana lebih meningkatkan kewaspadaannya, terutama di daerah yang dianggap rawan.
Kasus penyerangan tersebut menarik untuk kami bahas, dikarenakan sebenarnya kasus tentang OPM maupun isu tentang pembebasan Papua dari Indonesia telah terdengar sejak lama, tak jarang terjadi bentrok senjata antara anggota OPM dengan anggota Brimob. Namun, kasus tersebut seolah tak ada habisnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Menguak Kasus Penembakan Brigadir Firman Oleh Oknum OPM Sebagai Bentuk Ancaman Terhadap Integrasi Nasional Berbasis Project Based Learning Dengan Metode Debat”.
1.2  Rumusan masalah
1.      Bagaimana pengaruh letak  Indonesia terhadap integrasi nasional?
2.      Mengapa gerakan OPM memengaruhi integrasi nasional?
3.      Apakah motif penyerangan yang dilakukan oleh anggota OPM Brigadir Firman?
4.      Apakah dampak dari penyerangan yang dilakukan OPM terhadap Brigadir Firman?
5.      Bagaimana solusi dari kasus penyerangan Brigadir Firman?
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui lebih dalam tentang integrasi  nasional dan kaitannnya dengan letak Indonesia.
2.      Untuk mengetahui penyebab pecahnya integrasi nasional.
3.      Untuk mengetahui penyebab kasus penyerangan terhadap Brigadir Firman.
4.      Untuk mengetahui dampak dari penyerangan terhadap Brigadir Firman oleh oknum OPM.
5.      Untuk mengetahui solusi dari kasus penyerangan terhadap Brigadir Firman.



1.2  Manfaat
1.3.1        Secara teoritis
2.      Pembaca dapat memperluas wawasannya terhadap integrasi nasional di Indonesia.
3.      Melatih kemampuan menganalisis penulis supaya dapat berfikir kritis dalam mengatasi suatu permasalahan.
4.      Penulis dapat mengetahui kasus penyerangan terhadap Brigadir Firman oleh oknum OPM secara lebih rinci.
5.       Memperluas wawasan penulis.
1.3.2        Secara praktis
1.3.2.1  Bagi Masyarakat :
1.      Supaya masyarakat dapat menerapkan ide-ide yang lebih berkualitas berdasarkan integrasi nasional.
2.      Supaya masyarakat dapat responsif terhadap suatu kasus sehingga dapat mendorong dalam berfikir kritis dalam integrasi nasional sehingga dapat mendorong kemajuan Bangsa dan Negara.

1.3.2.2  Bagi Pemerintah :
1.      Supaya pemerintah bisa cepat mengatasi kasus OPM
2.      Supaya pemerintah dapat memperbaiki kinerjanya dalam menangani suatu kasus.
3.      Pemerintah dapat mempertegas peraturan perundang-undangan.




TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Integrasi Nasional
2.1.1 Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:383) integrasi merupakan ”proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan suatu identitas nasional”. Menurut A Heuken SJ (1988:184) dalam bahasa Inggris to integrated berarti “menggabungkan semua bagian menjadi sebuah keseluruhan.Bagian-bagian itu diberi tempatnya masing-masing sehingga membentuk kesatuan yang teratur dan harmonis atau seimbang”.
Definisi lain mengenai integrasi menurut Wikipedia, integrasi adalah suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu:
1.      Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem social tertentu.
2.      Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsure-unsur tertentu.
Proses integrasi tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang panjang dan berlangsung bertahap dalam waktu yang lama. Berikut adalah macam-macam integrasi:
1.      Integrasi Kebudayaan, merupakan penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda untuk mencapai suatu keselarasan fungsi dalam kehidupan masyarakat.
2.      Integrasi Sosial, merupakan penyesuaian diantara unsur-unsur kehidupan sosial yang berbeda untuk mencapai suatu keselarasan fungsi dalam kehidupan masyarakat.
3.      Integrasi Nasional, merupakan penyesuaian diantara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan di masyarakat secara nasional untuk mencapai suatu keselarasan fungsi dalam kehidupan masyarakat. Pada konteks ini, yang akan dipaparkan lebih jauh lagi adalah mengenai integrasi nasional.
Menurut ICCE, integrasi nasional bisa juga diartikan sebagai penyatu bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menuju ke satu-kesatuan yang utuh, ataupun juga sebagai kumpulan masyarakat kecil banyak yang menjadi satu bangsa. Integrasi menurut Paul B.Harton, yaitu proses pengembangan dalam masyarakat, maka harus maknanya tetaplah dijaga. Integrasi nasional sangat identik dengan satu-kesatuan bangasa yang artinya suatu proses perubahan atau penyatuan berbagai aspek dalam social budaya suatu wilayah dan pembentukan bangsa atau nasional.  
Menurut Howard Wriggin seperti dikutip Syamsudin Haris (1999:9) menyatakan bahwa sekurang-kurangnya terdapat lima faktor yang menentukan berhasilnya integrasi bangsa. Sedang lima faktor-faktor tersebut adalah:
1.      Upaya penciptaan musuh bersama dari luar
2.      Gaya politik para pemimpin yang memperkecil perbedaan, dan pemberian penghargaan serta rasa hormat terhadap semua suku bangsa yang berbeda-beda
3.      Lembaga-lembaga politik, partai politik, dan birokrasi nasional, termasukmiliter yang aspiratif, luwes, dan akomodatif terhadap perbedaan dan keanekaragaman daerah
4.      Ideologi nasional yang menentukan tujuan dan cara-cara pencapaiannya
5.      Pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada perluasan kesempatan bagisemua orang secara adil. (Howard Wriggins dalam Syamsuddin Haris, (1999:10).
Berdasarkan difinisi-difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional adalah suatu proses penyatuan masyarakat dalam suatu teritorial negara tertentu yang mencakupsemua aspek kehidupan, baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain-lainnya sehingga terbentuk suatu komunitas masyarakat yang harmonis dalam negara.
2.2 Ancaman
2.2.1  Pengertian Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman Menurut Threats Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan. Pengertian dalam Pasal 369 adalah dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum, memaksa orang dengan ancaman pencemaran nama baik, dengan lisan atau tulisan atau dengan ancaman akan membuka rahasia, memaksa seseorang supaya memberikan barang, atau supaya memberi utang atau menghapus piutang.
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman adalah bagian dari risiko. Sedangkan risiko adalah buah pikir dari sebuah ancaman. Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
2.2.2 Bentuk Ancaman
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata serta terorganisir dan sangat berbahaya.
Bentuk ancaman militer:
1.      perang saudara
2.      agresi wilayah
3.      sabotase untuk merusak instalasi militer
4.      pemberontakan militer
5.      pelanggaran wilayah oleh negara lain
 Ancaman nonmiliter adalah  ancaman yang tidak bersenjata tetapi jika dibiarkan itu akan membahayakan bangsa.
Bentuk ancaman nonmiliter:
1.      penyalahgunaan narkoba
2.      korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)
3.      perusakan lingkungan
4.      kemiskinan
5.      kebodohan
6.      lunturnya kesatuan dan persatuan bangsa
Selain itu ancaman juga dibedakan menjadi ancaman yang berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri
Ancaman dari dalam negeri berupa :
1.      kerusuhan
2.      pemaksaan kehendak
3.      pemberontakan bersenjata
4.      keinginan untuk mengubah ideologi
Ancaman dari luar negeri berupa :
1.      penguasaan wilayah indonesia
2.      pencurian kelayaan alam
3.      penyelundupan barang
4.      masuknya pesawat asing ke wilayah indonesia
2.3 Organisasi Papua Merdeka
2.3.1 Pengertian
James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengerahan manajer mengehar tujuan bersama (Stoner).
Menurut Sutarto (1979:36) menyatakan bahwa organisasi adalah system saling pengaruh antarorang dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi sebagai hasil kreasi masyarakat (sosial convention) dan merupakan alat yang dikembangkan oleh manusia untuk mencapai sesuatu yang tidak mugkin dapat dicapai selain dengan cara itu. (Litterer dan Muhyadi, 1989:8).
Indonesia adalah sebuah Negara majemuk yang kaya akan keberagaman, baik dalam hal suku bangsa, agama, budaya, bahasa, dan masih banyak lagi.Salah satu masalah yang mengancam integrasi dan kedaulatan nasional adalah dengan adanya gerakan separatis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, separatisme adalah suatu  paham  yang mengambil keuntungan dari pemecah belahan dalam suatu golongan (bangsa). Separatisme politis adalah suatu gerakan separatism untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu kelompok atau wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok denan kesadaran nasional yang tajam dari satu sama lain atau suatu negara lain. Gerakan separatis biasanya berbasis nasionalisme dan kekuatan religius.
Menurut Dewi Fortuna Anwar dalam bukunya, Konflik Kekerasan Internal: Tinjauan Sejarah, Ekonomi-Politik dan Kebijakan di Asia Pasifik bahwa separatisme berkaitan erat dengan pembentukan suatu Negara. (Halaman:213)
Dalam konteks ke-Indonesiaan, kajian etnisitas seharusnya menjadi kajian yang fundamental jika akan membahas mengenani nasionalisme dan seperatisme. Bagaimana tidak? Wilayah yang sekarang dikenal sebagai Negara Indonesia ini pada mulanya adalah sebuah kerajaan-kerajaan yan bersifat independen ini sanat menjunjun tinggi etnisitas serta kekuasaan otoritas kedaerahan.
Inti dari permasalahan separatisme adalah nasionalisme. John hall (Mc. Crone, 1993:3) menyatakan bahwa nasionalisme sebagai sebuah rekaman historis memiliki makna yan beraneka ragam dan tidak ada satupun teori universal tentang apa itu nasionalisme secara mumpuni. Sementara itu Roger Brubake (1996:10) berpendapat bahwa nation merupakan sebuah kategori yan praktis bukan analisis. Maksudnya, untuk memahami nasionalisme harus lebih dulu memahami tentang konsep nasionalisme itu digunakan dalam tataran praktis dan hakikat nation itu sendiri. Langkah tersebut diharapkan akan mengerahkan ada pemahaman struktur, pengetahuan pemikiran dan pengalaman, dan pengorganisasian tindakan maupun diskursus politik.
 Salah satu masalah mengenai separatisme di Indonesia adalah mengenai OPM atau Organisasi Papua Merdeka. Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis atau organisasi yang didirikan tahun 1963 yang dipimpin oleh Benny Wenda yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari Pemerintahan Indonesia. Provinsi yang sekarang bernama Irian Jaya itu, pada masa sebelum reformasi terdiri dari papua dan papua bagian barat.
Dalam sejarah Indonesia, pembebasan Irian Barat yang kemudian menjadi wilayah kedaulatan NKRI pada tahun 1963 merupakan otentifikasi kerasnya perjuangan bangsa Indonesia atas kemerdekaan. Namun ironisnya, dua tahun berselang, gerakan separatis Papua muncul dan ini mengancam integrasi wilayah NKRI.Selain perihal perasaan tidak adanya hubungan historis dengan NKRI, kasus-kasus pelanggaran HAM oleh TNI/ABRI di Papua, kesenjangan sosial, diskriminasi ekonomi dan politik, serta perampasan alam mereka oleh Freeport Sulphur menjadi variabel pendorong sehingga Free West Papua Campaign ini semakin responsif ingin memisahkan diri.
Nama Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah nama yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada setiap organisasi atau fraksi baik di Irian Jaya maupun diluar negeri yang dipimpin oleh putra-putra Irian Jaya pro-Papua Barat dengan tujuan untuk memisahkan atau memerdekakan Irian Jaya (West Papua) lepas dari negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama OPM pertama kali diperkenalkan di Manokwari pada tahun 1964 yaitu pada saat penangkapan pimpinan "Organisasi dan Perjuangan menuju Kemerdekaan Papua" Terianus Aronggear (SE) dan kawan-kawannya oleh pihak keamanan dan mengajukan mereka kedepan pengadilan.
OPM merasa bahwa mereka tidakmemiliki hubungan sejarah dengan Indonesia maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia, dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.
OPM menyerukan bahwa masyarakat papua menolak pembanguan modern, mereka juga memerintahkan agar para pemerintahan, pemuka agama, dan lain-lain untuk pergi dari tanah papua. Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi provinsi tersebut yang berakibat tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah menempuh jalur diplomatik, yaitu melakukan pengibaran bendera Bintang Kejora dan dilakukan aksi militan sebagai bagian dari konflik papua.
2.3.2 Latar belakang
1.      Pengaruh pemerintahan Belanda pada masa Residen J. P. Eechoud yang ditandai dengan lahirnya elit Papua terdidik yang bersikap pro-Papua. Belanda akan memberi kemerdekaan kepada Papua Barat selambat-lambatnya tahun 1970-an, namun cita-cita Papua Barat untuk menjadi negara yang merdeka telah dihadang oleh Perjanjian New York (15Agustus 1962) antara Belanda dengan Indonesia yang tidak melibatkan bangsa Papua dan Papua Barat menjadi wilayah Indonesia
2.      Kekecewaan rakyat Irian Jaya kepada Pemerintah Indonesia yaitu pemerintah Indonesia mempunyai kepentingan atas Irian Jaya/Papua Barat dan tidak ingin melepaskan Irian Jaya kepada pihak lain (Belanda) maupun kepada rakyat Papua Barat sebagai negara yang merdeka. Indonesia mengambil tanah Papua Barat bukan karena alasan kemanusiaan terhadap bangsa Papua yang terjajah oleh Belanda, tetapi karena alasan ekonomi.
3.      Ketidakpuasan masnyarakat atas kebijakan pemerintah yang tidak adil
Menurut Dinas Sejarah Militer Kodam XVII Cenderawasih, ada lima sebab yang menyebabkan pemberontakan OPM, yaitu:
1.                  Aspek Politik
Pada masa pemerintahan Belanda, pemerintah Belanda menjanjikan kepada rakyat Papua untuk mendirikan suatu negara (boneka) Papua yang terlepas dari negara Republik Indonesia. Beberapa pemimpin putra daerah yang pro-Belanda mengharapkan akan mendapatkan kedudukan yang baik dalam negara Papua tersebut. Janji pemerintah Belanda itu tidak dapat direalisir sebab Irian Jaya harus diserahkan kepada Indonesia melalui perjanjian New York 1962.Walaupun dalam perjanjian itu terdapat pasal tentang hak untuk menentukan nasib sendiri, namun pelaksanaannya diserahkan kepada Indoenesia dan disaksikan oleh pejabat PBB.Apalagi pada tahun 1965 menyatakan keluar dari PBB, sehingga dukungan dari PBB tidak dapat diharapkan lagi.
2.                  Aspek Ekonomis
Pada tahun 1964, serta tahun-tahun 1965 dan 1966, keadaan ekonomi di Indonesia pada umumnya sangat buruk, dan memberikan pengaruh yang sangat terasa di Irian Jaya. Penyaluran barang-barang kebutuhan pangan dan sandang ke Irian Jaya macet dan sering terlambat ditambah pula dengan tindakan para petugas Republik Indonesia di Irian Jaya yang memborong barang-barang yang ada di toko dan mengirimnya ke luar Irian Jaya untuk memperkaya diri masing-masing. Akibatnya Irian Jaya mengalami kekurangan pangan dan sandang.Kondisi yang demikian ini tidak pernah dialami oleh rakyat Irian Jaya pada masa penjajahan pemerintah Belanda.
3.                  Aspek Psychologis
Rakyat Irian Jaya pada umumnya berpendidikan kurang atau rendah diwilayah pesisir pantai dan di wilayah pedalaman tidak berpendidikan, sehingga mereka kurang berpikir secara kritis.Hal ini menyebabkan mereka mudah dipengaruhi.Mereka lebih banyak dipengaruhi emosi daripada pikiran yang kritis dan sehat dalam menghadapi suatu permasalahan. Bila suatu janji itu tidak ditepati maka sikap mereka akan berubah sama sekali. Misalnya sebagai bukti dalam hal ini adalah Mayor Tituler Lodwijk Mandatjan yang menyingkir 2 (dua) kali ke pedalaman Manokwari tetapi kembali lagi dan mengaku taat kepada pemerintah Indonesia.
4.                  Aspek Sosial
Pada masa Belanda para pejabat pemerintah lokal di Irian Jaya pada umumnya diangkat dari kalangan kepala suku (dibanding dengan di Jawa dimana Belanda mengangkat pegawai dari golongan Priyayi). Kalau mereka itu memberontak maka mereka akan mendapat dukungan dan pengaruh dari sukunya serta dalam suasana yang genting pada kepala suku itu harus berada ditengah-tengah sukunya itu. Misalnya, Lodwijk Mandatjan.
2.3.3 Kasus Yang Melibatkan OPM
2.3.3.1 Kasus Penembakan Brigadir Firman
Seorang anggota Brigade Mobil (Brimob) Polda Papua, Brigadir Firman, tewas setelah diduga ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di daerah Mile 69, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua pada Rabu (15/11) sekitar pukul 3.50 WIT. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menceritakan kronologi kejadian tersebut. Menurutnya, kejadian ini bermula dari aksi penembakan terhadap kendaraan patroli zona Tembagapura di daerah Mile 69 yang mengakibatkan salah satu karyawan atas nama Raden Totok Sahadewo mengalami luka tembak di bagian paha kanan pada Selasa 14 November 2017 pukul 8.20 WIT.Kemudian, lanjutnya, Satuan Tugas Terpadu Brimob Detasemen B Polda Papua melaksanakan patroli dan penyelidikan atas kejadian ini pada Rabu (15/11).
Namun, tidak beberapa lama setelah melakukan patroli dan penyelidikan atas insiden terkait, aksi penembakan kembali terjadi yang mengakibatkan seorang anggota Brimob Polda Papua tewas."Luka tembak di bagian punggung. Jenazah (sudah) dievakuasi menuju Timika," kata Setyo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/11).Selain itu, jenderal bintang dua itu mengatakan, satu orang anggota Brimob Polda Papua lainnya Brigadir Kepala Yongky Rumte mengalami luka luka tembak di bagian punggung.Setyo mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas peristiwa penembakan tersebut.
Aksi teror penembakan oleh KKB wilayah Tembagapura sudah berlangsung lebih dari tiga pekan terakhir.Sebelum Firman, Anggota Brimob Polda Papua Detasemen B Mimika, Brigadir Satu Berry Pernama Putra, juga tewas tertembak saat mengejar kelompok kriminal bersenjata pimpinan Sabinus Waker, pada 22 Oktober. Sementara, empat rekannya mengalami luka-luka.Saat ini sekitar 1.300 warga sipil masih terjebak di kampung-kampung sekitar Tembagapura, seperti Banti, Kimbeli, yang sudah diduduki KKB.
2.4 Landasan Hukum Integrasi Nasional
2.4.1 Nasional
Integrasi nasional secara singkat artinya adalah penyatuan nasional di mana terjadinya peleburan suku-suku bangsa dengan kesadaran yang penuh. Integrasi nasional tersebut bisa dalam bentuk ikatan budaya, sosial, politik maupun ekonomi. Integrasi ekonomi dibutuhkan karena diperlukan suatu standarisasi dagang antar daerah-daerah dan juga terbentuk karena adanya sikap saling butuh antar satu daerah dengan daerah yang lain untuk menetapkan suatau nilai barang. Integrasi sosial dibentuk karena adanya rasa saking bersaudara dan memiliki. Integrasi budaya dibentuk karena adanya ciri khas dalam setiap negara. Sedangkan integrasi politik dibentuk karena untuk menengakkan integrasi-integrasi yang ada di masyarakat untuk menjadi satu dan terikat kuat. Artinya dengan adanya integrasi politik mereka tersadar bahwa mereka terikat dalam satu titik yang sama yaitu dalam undang-undang dasar 1945.
Nasional Indonesia sudah terbentuk dan mutu integrasi nasional saat ini lebih tinggi daripada mutu integrasi Indonesia zaman Majapahit. Hal tersebut dikarenakan pada zaman kerajaan, kesadaran bersama dan kemauan bersama untuk bersatu belum didapati di dalamnya, masyarakat saat itu hanya tunduk pada perintah raja  dan berwujud sebagai upeti. Berbeda dengan saat ini yang rasa kebersamaannya lahir dalam diri sendiri dan diwujudkan dalam suatu konstitusi yakni UUD 1945.
Integrasi nasional saat ini di Indonesia adalah integrasi nasional yang baru. Segi-segi yang menunjukkan hal tersebut sudah cukup dikenal umum, antara lain:
1. Demokrasi pancasila mengajarkan bahwa semua suku bangsa memiliki kerangka dasar yang sama tingginya sehingga tidak ada suku bangsa mana pun yang dihargai lebih tinggi dari suku bangsa yang lainnya.
2. UUD menerima mengenai hak-hak asasi manusia yang dijelaskan dalam Piagam Deklarasi PBB sehingga tata pergaulan sudah diatur dengan baik oleh UUD.
3. Bahasa pergaulan pada tingkat nasional adalah bahasa Indonesia.
4. Landasan untuk berideologi, bermoral, berbudaya berbangsa dan bernegara hanya satu yaitu Pancasila.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diketahui bahwa keutuhan NKRI semakin ditekankan dalam UUD agar tercipta suatu integrasi nasional.Selain hal tersebut, terdapat pola-pola yang selama ini secara positif menunjang kemantapan kesadaran nasional dan kesatuan bangsa Indoensia yaitu:
1. Program resmi P4
2. Peringatan hari sumpah pemuda yang pernah diikrarkan tahun 1928 agar cita-cita satu bangsa dan satu tanah air menjadi milik segenap angkatan muda
3. Perayaan hari ulang tahun kmerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus di seluruh tanah air
4. Peringatan kebangkitan nasional setiap tahun tanggal 20 Mei di seluruh nusantara
5. Bertambahnya frekuensi perkawinan antarsuku sehingga terjadi pembauran antar pribumi
6. Kreasi baru bentuk kebudayaan yang berdimensi nasional.
Dari hal tersebut, sebagai generasi muda kita harusnya ikut membangun dan memperkuat integrasi nasional bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menjalankan kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara sesuai dengan landasan Pancasila dan tidak menyimpang dalam peraturan UUD 1945 yang telah ditetapkan pemerintah.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1  Subjek Penelitian
3.1.1        Tema Penelitian
Tema penelitian diambil dari sebuah kasus penembakan Brigadir Firman oleh oknum OPM sebagai bukti konkret adanya ancaman terhadap integrasi nasional.
3.1.2         Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh, seperti halnya peneliti melakukan penelitian dengan cara wawancara atau kuisioner dalam mengumpulkan data, maka sumber data disebut responden. Begitu pula jika peneliti menggunakan teknik observasi dalam penelitian itu, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerakan atau proses sesuatu, dan jika peneliti menggunakan dokumentasi maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya. (Suharsimi Arikunto. 2006:129)
Penelitian penulis ditujukan kepada warga SMA Negeri 1 Pati melalui penyebaran angket dan wawancara. Pengambilan sampel ini dilatarbelakangi oleh ukuran anggota populasi yang sangat besar yaitu seluruh masyarakat dari berbagai kalangan umur



3.2  Setting Penelitian
3.2.1        Tempat Penelitian
Penelitian dengan judul Menguak Kasus Penembakan Brigadir Firman Oleh Oknum OPM Sebagai Bentuk Ancaman Terhadap Integrasi Nasional Berbasis Problem Based Learning Dengan Metode Debat  dilakukan dengan dengan kajian pustaka. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian melalui studi tentang buku-buku literatur, majalah, dan surat kabar/koran yang di simpan di perpustakaan SMA Negeri 1 Pati. Serta internet sebagai media elektronik.
3.2.2        Waktu Penelitian
Jangka waktu yang digunakan untuk penelitian dimulai dan disetujuinya judul sampai penyusunan makalah hasil penelitian direncanakan.
3.3  Metode Penelitian
3.3.1        Problem Based Learning
Problem based learning berarti juga pembelajaran berbasis masalah. Kontruktivisme dalam pembelajaran telah berkembang tidak hanya sebagai sebuah filsafat tetapi juga psikologi, bahkan model belajar. Hal ini membawa pergeseran paradigma berfikir pendidik tentang proses belajar dan mengajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Salah satu model yang dianggap mewakili proses konstruksi di kelas adalah model pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu strategi untuk menampilkan situasi dunia nyata yang signifikan, konstektual, memberikan sumber, bimbingan dan petunjuk pada pembelajaran saat siswa mengembangkan isi pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah. PBL melibatkan siswa bekerjasama untuk mempelajari isu suatu masalah sambil merancang suatu pemecahan masalah yang dapat dilakukan. Masalah yang sebenarnya dihadapi dalam dunia nyata sering menunjukkan berbagai tujuan, konteks, isi, dan hal yang tidak semua diketahui berpengaruh pada metode apa yang harus digunakan untuk setiap masalah.
                        Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah
1)      Menekankan pengertian (pemahaman), bukan fakta.
2)      Meningkatkan tanggungjawab pada belajar diri sendiri.
3)      Mengembangkan pemahaman yang lebih tinggi dan keterampilan yang lebih baik.
4)      Meningkatkan keterampilan interpersonal dalam kerja kelompok.
5)      Peserta didik dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan darisebuah proses belajar dan mengaplikasikannya dalam dunia nyata.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
1)      Peran siswa dalam proses belajar sukar untuk diubah, karena mereka terbiasa berorientasi pada materi pelajaran dan mengingat fakta, sehingga kemampuan untuk mempertanyakan sesuatu menjadi hilang.
2)      Kesulitan memunculkan masalah yang akan dibahas dalam pembelajaran.
3)      Memerlukan waktu yang cukup lama.
4)      Penilaian hasil belajar masih sukar dan tidak sesuai bila dilakukan dengan cara tradisional.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
1)      Orientasi siswa pada masalah, guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2)      Mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah pada materi yang dibahas.
3)      Membimbing pengalaman individual/ kelompok, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4)      Mengembangkan masalah.
5)      Mempresentasikan dan menguatkan pemecahan masalah.
6)      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. (Sugiyono, 2013)
Menurut kemendikbud pada tahun 2013, sintak pembelajaran  Problem Based Learning adalah sebagai berikut :
Langkah pokok
Kegiatan Guru
Tahap 1 :
Memberikan orientasi tentang permasalahan pada peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, dan memotivasi peserta didik agar terlibat pada kegiatan pemecahan masalah
Tahap 2:
Mengorganisasi peserta didik untuk meneliti
Membantu peserta didik menentukan dan mengatur tugas belajar yang berkaitan dengan masalah yang diangkat
Tahap 3:
Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri maupun kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, model, dan membantu peserta didik dalam berbagi tugas dengan temannya untuk menyampaikan kepada orang lain
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu peserta didik melakukan refleksi dan mengadakan evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses belajar yang rnereka lakukan

3.3.2        Debat
Metode Debat menurut Hendrikus (2009:120), debat pada hakikatnya merupakan saling adu argumentasi antarpribadi atau antar kelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk suatu pihak. Ketika berdebat setiap pribadi atau kelompok mencoba untuk saling menjatuhkan agar pihaknya berada pada posisi yang benar. Debat ini dilakukan oleh 2 kelompok yaitu kelompok pro dan kelompok kontra. Kelompok pro adalah kelompok yang mendukung suatu khasus dan sebaliknya kelompok kontra adalah kelompok yang menentang khasus. Pada debat berbasisi masalah ini Para anggota kelompok debat adalah semua siswa yang bertujuan untuk melatih berbicara di depan umum. Mereka berdebat di depan sekelompok juri dan publikum. Metode debat kelas dibagi menjadi kelompok pro dan kelompok kontra yang nantinya setiap kelompok harus ditunjuk satu juru pembicara dalam mengemukakan argumen tiap-tiap kelompok. Debat dimulai dengan memberi kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok untuk merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti. Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama, tetapi tidak boleh mengulangi pikiran yang sudah disampaikan. Selanjutnya para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara sesuai urutan pada para pembicara pertama.  
Maksud metode ini adalah untuk melatih siswa agar dapat mencari argumentasi dalam menyelesaikan masalah yang sedang kontroversial dikalangan masyarakat serta memiliki sikap demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat. Dengan demikian bisa terbentuk generasi penerus yang memiliki pola pikir yang berkembang dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
3.4  Teknik Pengumpulan Data
3.4.1        Teknik pengumpulan data dengan kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sutopo, 2006: 82). Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden (Sutopo, 2006:87). Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.
Teknik angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden.
Jenis – jenis angket menurut cara penyampaiannya meliputi hal – hal berikut :
1)      Angket langsung: informasi tentang dirinya sendiri.
2)      Angket tidak langsung: informasi tentang orang lain.
Langkah penyusunan angket meliputi hal – hal berikut:
1)      Menentukan variabel yang akan dipergunakan.
2)      Menentukan variabel yang dibutuhkan setiap variabel.
3)      Menentukan jawaban yang dibutuhkan setiap variable.
4)      Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan.
Pada penelitian ini akan digunakan teknik kuesioner (angket) dalam pengambilan data secara tidak langsung kepada responden.
3.4.2        Teknik pengumpulan data dengan wawancara
Teknik wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Supardi, 2006:99). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu wawancara yang akan mengajukan pertanyaan dan orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2005:186).
Wawancara yang juga dikenal dengan interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. Selain itu wawancara juga dapat dilakukan melalui telepon. Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca atau menulis, termasuk anak-anak.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon. Wawancara harus diperoleh dalam waktu yang sangat singkat serta bahasa yang digunakan harus jelas dan teratur. Dilihat dari prosedur wawancara, metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Wawancara bebas
Wawancara bebas adalah proses wawancara dimana interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer orang yang diwawancari (Supardi, 2006:100).
2)      Wawancara terpimpin
Wawancara ini juga disebut dengan interview guide. Ciri pokok wawancara terpimpin adalah bahwa pewawancara terikat oleh suatu fungsi, bukan saja sebagai pengumpul data tetapi relevan dengan maksud penelitian yang telah dipersiapkan, serta data pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab (Supardi, 2006:100).
3)      Wawancara bebas terpimpin
Wawancara bebas terpimpin adalah kombinasi antara wawancara bebas dengan terpimpin (Supardi, 2006:100). Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.
Pada penelitian ini akan digunakan teknik wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara, dimana sebelum bertemu dengan informan, peneliti akan mempersiapkan berbagai hal yang akan ditanyakan sehingga berbagai hal yang ingin diketahui dapat lebih terfokus.


3.5  Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang tertutama adalah masalahyang tentang sebuah penelitian. Atau analisis data juga bisa diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk merubah data hasil dari sebuah penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan.
Tujuan dari analisis data adalah untuk mendeskripsikan sebuah data sehingga bisa di pahami, dan juga untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi yang berdasarkan data yang diperoleh dari sampel, yang biasanya ini dibuat dengan dasar pendugaan dan pengujian hipotesis.
3.5.1        Teknik analisis data kuantitatif
Menurut Sugiyono, teknik penelitian kuantitatif juga dapat diartikan sebagai suatu metode penelitian dengan landaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel.
Umumnya teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak, teknik pengumpulan data menggunakan instrumen metode penelitian kuantitatif, analisa data yang bersifat kuantitatif atau statistik bertujuan untuk menguji hipotesis yang t ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7).
Metode kuantitatif ini sering juga disebut dengan metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan juga metode discovery. Metode penelitian kuantitatif ini dinamakan metode tradisional, sebab metode ini sudah cukup lama dipakai sehingga sudah dianggap sebagai metode tradisi untuk sebuah penelitian.
Teknik ini juga disebut sebagai metode positivistik sebab juga berlandaskan kepada filsafat positivisme. Metode atau teknik ini disebut sebagai metode ilmiah/scientific, disebkan metode ini memilili kaidah-kaidah ilmiah yang terpenuhi yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis.
Dalam penelitian ini, kami menganalisis data secara kuntitatif yang mana menggunakan sampel dari kuesioner (angket) yang telah disebarkan ke siswa-siswi SMA Negeri 1 Pati.
3.5.2        Teknik analisis data kualitatif
Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) yang dimana peneliti merupakan sebagai instrumen kunci, dari pengambilan sampel sumber data yang dilakukan dengan cara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan trianggulasi, analisa data yang bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif  lebih menekan pada makna dari generalisasi.
Dalam penelitian ini, kami menganalisis data secara kualitatif yang mana kami melakukan wawancara dengan narasumber terpercaya untuk mendapatkan data secara kualitatif.






BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Angket Kuesioner
4.1.1 Hasil Angket Pertanyaan ke-1
Kami telah menyebar 45 angket yang ditujukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Pati dan masyarakat umum mengenai masalah Panglima TNI Sebut OPM Pelaku Penembakan Pos Brimob Tembagapura. Menurut hasil angket yang kami bagi, telah diperoleh presentase dari pertanyaan 1 yaitu : “Setujukah anda jika kasus di atas dapat merusak integrasi nasional?”
1.1 Tabel Hasil Analisis Pertanyaan Angket ke-1

Skala
Siswa
<17 tahun
17 Tahun
>17 Tahun
Sangat Setuju
8
4
5
Setuju
12
4
10
Kurang Setuju
0
2
0
Tidak Setuju
0
0
0
Jumlah
20
10
15
1.1 Diagram Batang Pertanyaan Angket ke-1
Penerapan



1.2 Tabel Presentase Pertanyaan Angket ke-1
Skala
Presentase
Sangat Setuju
37,8 %
Setuju
57,8 %
Kurang Setuju
4,4 %
Tidak Setuju
0 %
Jumlah
100 %

1.2 Diagram Lingkaran Presentase Pertanyaan Angket ke-1

4.1.2 Hasil Angket Pertanyaan ke-2
Kami telah menyebar 45 angket yang ditujukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Pati dan masyarakat umum mengenai masalah Panglima TNI Sebut OPM Pelaku Penembakan Pos Brimob Tembagapura. Menurut hasil angket yang kami bagi, telah diperoleh presentase dari pertanyaan 2 yaitu : “Setujukah anda jika kasus di atas dilatar belakangi oleh kecemburuan sosial masyarakat?”

1.3 Tabel Hasil Analisis Pertanyaan Angket ke-2

Skala
Siswa
< 17 Tahun
17 Tahun
> 17 Tahun
Sangat Setuju
4
2
2
Setuju
11
6
9
Kurang Setuju
4
2
4
Tidak Setuju
1
0
0
Jumlah
20
10
15




1.3 Diagram Batang Pertanyaan Angket ke-2





1.4 Tabel Presentase Pertanyaan Angket ke-2
Skala
Presentase
Sangat Setuju
17,8 %
Setuju
57,8 %
Kurang Setuju
22,2 %
Tidak Setuju
2,2 %
Jumlah
100 %

1.4 Diagram Lingkaran Presentase Pertanyaan Angket ke-2
4.1.3 Hasil Angket Pertanyaan Kuesioner Ke-3
Kami telah menyebar 45 angket yang ditujukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Pati dan masyarakat umum mengenai masalah Panglima TNI Sebut OPM Pelaku Penembakan Pos Brimob Tembagapura. Menurut hasil angket yang kami bagi, telah diperoleh presentase dari pertanyaan 3 yaitu: “Setujukah anda jika kasus OPM di atas dijadikan sebagai isu internasional?”

1.5 Tabel  Hasil Analisis Pertanyaan Angket ke-3

Skala
Siswa
< 17 Tahun
17 Tahun
>17 Tahun
Sangat Setuju
3
2
1
Setuju
0
4
2
Kurang Setuju
11
2
8
Tidak Setuju
6
2
4
Jumlah
20
10
15




1.5 Diagram Batang Pertanyaan Angket ke-3



1.6 Tabel Presentase Pertanyaan Angket ke-3
Skala
Presentase
Sangat Setuju
13,3 %
Setuju
13,3 %
Kurang Setuju
46,7 %
Tidak Setuju
26,7 %
Jumlah
100 %

1.6 Diagram Lingkaran Presentase Pertanyaan Angket ke-3
4.1.4 Hasil Angket Pertanyaan ke-4
Kami telah menyebar 45 angket yang ditujukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Pati dan masyarakat umum mengenai masalah Panglima TNI Sebut OPM Pelaku Penembakan Pos Brimob Tembagapura.Menurut hasil angket yang kami bagi, telah diperoleh presentase dari pertanyaan 4 yaitu: “Dengan adanya kasus OPM di atas, setujukah anda jika kasus tersebut dapat menyadarkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam lingkup NKRI?”
1.7 Tabel Hasil Analisis Pertanyaan Angket ke-4

Skala
Siswa
<17 Tahun
17 Tahun
> 17 Tahun
Sangat Setuju
10
6
9
Setuju
6
2
5
Kurang Setuju
2
1
1
Tidak Setuju
2
1
0
Jumlah
20
10
15


1.7 Diagram Batang Pertanyaan Angket ke-4



1.8 Tabel Presentase Pertanyaan Angket ke-4
Skala
Presentase
Sangat Setuju
55,5 %
Setuju
28,9 %
Kurang Setuju
8,9 %
Tidak Setuju
6,7 %
Jumlah
100 %

1.8 Diagram Lingkaran Presentase Pertanyaan Angket ke-4



4.1.5 Hasil Angket Pertanyaan ke-5
Kami telah menyebar 45 angket yang ditujukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Pati dan masyarakat umum  mengenai masalah Panglima TNI Sebut OPM Pelaku Penembakan Pos Brimob Tembagapura. Menurut hasil angket yang kami bagi, telah diperoleh presentase dari pertanyaan 5 yaitu: “Setujukah anda jika pemerintah sudah dapat dikatakan optimal dalam mengatasi gerakan OPM di atas?”
1.9 Tabel  Hasil Analisis Pertanyaan Angket ke-5

Skala
Siswa
< 17 Tahun
17 Tahun
> 17 Tahun
Sangat Setuju
1
0
1
Setuju
5
3
2
Kurang Setuju
11
4
9
Tidak Setuju
3
3
3
Jumlah
20
10
15




1.9 Diagram Batang Pertanyaan Angket ke-4



1.10 Tabel Presentase Pertanyaan Angket ke-5
Skala
Presentase
Sangat Setuju
4,5 %
Setuju
22,2 %
Kurang Setuju
53,3 %
Tidak Setuju
20 %
Jumlah
100 %

1.10 Presentase Pertanyaan Angket ke-5
4.1.6 Hasil Angket Pertanyaan ke-6
Kami telah menyebar 45 angket yang ditujukan kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Pati dan masyarakat umum mengenai masalah Panglima TNI Sebut OPM Pelaku Penembakan Pos Brimob Tembagapura. Menurut hasil angket yang kami bagi, telah diperoleh presentase dari pertanyaan 6 yaitu: Setujukah anda, jika pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning dapat mempermudah siswa dalam pembelajaran?
1.11 Tabel Hasil Analisis Pertanyaan Angket ke-6

Skala
Siswa
<17 Tahun
17 Tahun
>17 Tahun
Sangat Setuju
6
2
6
Setuju
10
4
4
Kurang Setuju
1
2
1
Tidak Setuju
3
2
4
Jumlah
20
10
15


1.11 Diagram Batang Pertanyaan Angket ke-6



1.12 Presentase Pertanyaan Angket ke-6
Skala
Presentase
Sangat Setuju
31,1%
Setuju
40 %
Kurang Setuju
8,9 %
Tidak Setuju
20 %
Jumlah
100 %

1.12 Diagram Lingkaran Presentase Pertanyaan Angket ke-6


4.2 Hasil Wawancara
Narasumber                 : Serka Sudiyono
Alamat                        : Perum Korem Demak Ijo, Gamping, Sleman, Yogyakarta
Profesi                         :  -Sersan Kepala Korem 072 Pamungkas Yogyakarta
   -Kepala Museum Monumen Diponegoro Yogyakarta
Tanggal Wawancara    : 17 Febuari 2018
Pewawancara       : " Selamat Pagi, permisi Bapak. Kami dari siswa- siswi SMA Negeri 1 Pati ingin memperoleh sedikit informasi dari bapak sebagai narasumber kami. Menurut pandangan Bapak, apa yang dimaksud integrasi nasional?"
Narasumber         : " Iya, selamat pagi. Jadi menurut pandangan saya, integrasi nasional merupakan usaha serta poses dalam menyatukan perbedaan- perbedaan yang ada mejadi sebuah keseluruhan sehingga tercipta keserasian dan keselarasan nasional."
Pewawancara       :”  Lalu menurut bapak, apa pentingnya Integrasi Nasional bagi bangsa Indonesia?”
Narasumber         :” Indonesia merupakan negara kepulauan, berdasarkan data kurang lebih terdapat tujuh belas ribu pulau di Indonesia baik dari pulau besar hingga pulau kecil, baik pulau yang mayoritas berpenghuni maupun pulau yang sama sekali belum terjangkau penghuni. Dari beribu- ribu pulau, berjuta- juta penduduk akan tercipta beraneka ragam perbedaan. Baik perbedaan berupa fisik seperti makanan khas, seni tradisional, rumat adat dll dan juga perbedaan berupa nonfisik seperti agama, bahasa, norma yang mana dari keduanya akan menjadi identitas nasional bangsa Indonesia. Latar belakang demikian jika tidak didasari dengan integrasi nasional, tidak didasari dengan rasa toleransi yang kuat yang terpatri dalam diri manusia maka tidak akan terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang ada malah terjadinya suatu perpecahan baik individu maupun berkelompok yang berakibat pada runtuhnya integrasi nasional.”
Pewawancara       :” Pertanyaan berikutnya, bagaimana pendapat bapak mengenai penembakan anggota Brimob, Brigadir Firman oleh oknum OPM?”
Narasumber         :” Organisasi Papua Merdeka merupakan suatu Organisasi bentukan masyarakat yang bertujuan untuk memisahkan diri dari NKRI. Gerakan ini dilaran di Indonesia dan memicu terjadinya kemerdekaan bagi provinsi tersebut. Pada hari Rabu, 15 November 2017 pukul 3.50 WIT terjadi penembakan yang menyebabkan tewasnya Brigadir Firman. Menurut Inspektur Jenderal Polri, Setyo Wasisto, kejadian tersebut bermula dari aksi penembakan kendaraan patroli Tembaga Pura yang mengakibatkan salah satu kariawan mengalami luka pada tanggal 14 November 2017. Kemudian setelah terjadi kasus peristiwa tersebut satuan brimob Polda Papua melaksanakan patrol dan penyelidikan atas kejadian tersebut pada tanggal 15 November 2017. Setelah melakukan patroli dan penyelidikan aksi penembakan kembali terjadi yang mengakibatkan salah satu anggota Brimob Polda Papua, Brigadir Firman, tewas sedang empat lainya luka- luka. Setelah beberapa hari kepolisian meminta bantuan dari Pasukan TNI AD untuk mengamankan wilayah tersebut. Terdapat satu perwakilan yang merupakan oknum OPM yang mengaku melakukan penembakan tersebut.”
Pewawancara       :” Terimakasih banyak atas informasinya pak”
Narasumber         :” Iya, sama-sama.”




BAB V
PENUTUP
5.1                        Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara mengenai kasus Panglima TNI Sebut OPM sebagai pelaku penembakan pos Brimob Tembagapura dapat disimpulkan bahwa:
1.      Berdasarkan pengisian angket kepada 40 responden, 57% menyatakan setuju dan 37% menyatakan sangat setuju jika kasus penembakan Brigadir Firman oleh oknum OPM dapat merusak integrasi nasioal. OPM merupakan suatu gerakan sparatisme yang berakibat pecahnya integrasi nasional di Indonesia.
2.      Berdasarkan narasumber, Serka Sudiyono, motif penyerangan Brigadir Firman adalah untuk memecah belah persatuan dan bentuk penyerangan pemisahan diri Papua terhadap Negara Kestuan Republik Indonesia yang terus berangsur dari waktu ke waktu.
3.      Berdasarkan pengisian angket kepada 40 responden, 40% menyatakan setuju dan 31,1% menyatakan sangat setuju dengan pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran tersebut sangat membantu proses memahami pembelajaran dengan mudah.




1.      Sebagai generasi muda Indonesia hendaknya jangan mudah terpengaruh oleh isu- isu sosial yang belum terbukti benar yang mana bisa menyebabkan runtuhnya integrasi nasional bangsa Indonesia.
2.      Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan pertahanan dan keamanan terlebih di kawasan rawan konflik seperti halnya kawasan Tembagapura, Papua.



DAFTAR PUSTAKA
Pendidikanku.org. 2017. ”Pengertian Integrasi Nasional dan Faktor-Faktornya. Jakarta: Pendidikanku.
Karinliyana. 2016. “Integrasi Nasional”. Google: blogspot.co.id
Wikipedia. 2015. “Ancaman Militer”. Google: Wikipedia.org
Ngatiem. 2017. Organisasi Papua Merdeka 1964-1998 (Studi tentang Pembangunan Stabilitas Politik di Indonesia). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sohuturon, Martahan. 2017. “Kronologi Tewasnya Anggota Brimob di Tangan KKB Papua”. Indonesia: CNN Indonesia.
Wikipedia. 2018. “Organisasi Papua Merdeka”. Google: Wikipedia.org
Ningsih, Surya. 2014. “Model Pembelajaran Problem Based Learning”. Bondowoso: Guru SMPN 6 Bondowoso.
Wikipedia. 2018. “Project Based Learning”. Google: Wikipedia.org.
Lestari, W. S. P. 2015. “Teknik Pengumpulan Data”. Jakarta: Wordpress.com.
Risky. 2016. “Teknik Analisis Data Kualitatif, Kuatitatif, Menurut Para Ahli [lengkap]. Jakarta: Wordpress.com




Post a Comment for "Proposal Penelitian Menguak Kasus Penembakan Brigadir Firman Oleh Oknum Opm Sebagai Bentuk Ancaman Terhadap Integrasi Nasional"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel