Cerpen : Rintangan


RINTANGAN

Terbitnya sang mentari mengiri langkah Laras menuju tempat latihannya. Angelina Putri Khalissa itulah nama gadis berambut panjang kurang lebih sebahu . Ia duduk di kelas 7 SMP Nusa Bangsa. Laras hanyalah gadis biasa yang mempunyai sedikit kemampuan dalam bidang olahraga. Olahraga yang dipilihnya adalah Taekwondo.
Ia memilih Taekwondo bukan hanya sekedar untuk olahraga namun juga untuk melindungi dirinya dari bahaya dunia luar. Taekwondo adalah seni bela diri yang menampilkan beberapa gabungan antara gerakan kaki dan tangan. Meskipun tidak banyak yang mengetahui seni bela diri Taekwondo ini, ia tidak pernah ragu untuk belajar lebih banyak tentang Taekwondo. Lissa belajar Taekwondo sejak ia duduk di bangku kelas Sekolah Dasar.
Beberapa tahun yang lalu disaat ia masih menjadi pemula di Dojangnya, sempat terpikir bayangan yang menakutkan saat pertama kali ia datang. Ia pikir semua orang yang berada di sana sangat cuek dan tidak memperdulikan sekelilingnya. Ia takut tidak mempunyai teman karena tidak ada satupun yang dikenalnya.
“Hai, perkenalkan namaku Lissa. Kelas 7 di SMP Nusa Bangsa. Ku harap kalian dapat berteman baik denganku. Terimakasih.” Ia memperkenalkan diri di hadapan semua orang.
Setelah saling mengetahui watak dan pribadi teman-temannya, bayangan yang sempat terpikirkan olehnya pun hilang. Yang tadinya ia pikir semua orang yang ada di sana sangat cuek dan tidak memperdulikan sekelilingnya, ternyata mereka sangat baik dan ramah.
Setelah menemukan teman yang sebaya dan seumuran dengannya, ia menjadi sedikit lebih tenang daripada sebelumnya. Setelah saling mengetahui kepribadian masing-masing, akhirnya ia tahu bahwa teman sebayanya itu adalah teman sekolahnya. Hanya yang membedakan adalah kelasnya saja. David Bayu Anggara atau biasa di panggil Angga.
Perbedaan tingkatan antara Laras dengan Angga sangatlah banyak. Angga yang sudah lebih dulu dan lebih lama latihan di Dojang itu otomatis Angga lebih tinggi daripada Lissa yang baru saja masuk untuk pertama kalinya. Meskipun perbedaannya sangatlah banyak, ia tidak menyerah agar suatu saat nantiia dapat menyamai kemampuannya Angga.
Beberapa tahun pun berlalu sekarang Lissa menjadi lebih baik daripada yang sebelumnya. Demikian pula dengan Angga, ia sekarang menjadi asisten pelatih disana. Merekapun sekarang menjadi sahabat yang baik, suka dan duka mereka alami bersama. Mereka menjadi sahabat tidak hanya saat di luar pertandingan, namun di arena pertandingan juga.
Tak terasa lama mereka sudah latihan, pelatih mengumumkan bahwa ada pertandingan yang pesertanya tidak hanya dari Dojang disekitar tempat itu saja. Namun, ada juga pesertanya yang dari luar kota. Pelatih sudah mengevaluasi hasil latihan selama ini. Bahwa hanya orang-orang tertentu yang mampu, akan diikutsertakan.
“Yang ikut serta dalam pertandingan ini hanya orang-orang tertentu yang menurut saya cukup mampu dalam megikuti kegiatan ini. Bagi yang tidak terpilih dapat ikut serta dipertandingan kali ini dapat mengikuti dilain waktu, karena masih ada banyak pertandingan tidak hanya saat ini saja. Bila yang sudah terpilih silahkan mengisi formulir pendaftaran terlebih dahulu. Bagi yang merasa belum jelas silahkan boleh bertanya, bila tidak ada sekian dari saya terimakasih.” Ucap Pak Pelatih.
Semua orang mendengarkan dengan seksama begitupun Lissa dan Angga, takut bila ada informasi yang terlewatkan walaupun hanya sedikit saja. Setelah pak pelatih meninggalkan ruangan barulah mereka saling bertukar informasi apa yang didengarnya tadi. Setelah dirasanya cukup barulah mereka mengambil formulir pendaftaran itu. Karena Laras baru pertama kalinya mengikuti pertandingan di luar Dojangnya, ia bertanya banyak hal dengan Angga karena, Angga sudah beberapa kali mengikuti pertandingan seperti ini.
Tinggal beberapa bulan lagi pertandingan akan di mulai,sampai saat itu datang mereka semakin giat dan semangat berlatih trik-trik dasar dalam menendang,memukul, maupun menghindar. Angga yang sudah mempunyai pengalaman dalam bertanding menyiapkan strategi yang digunakan untuk pertandingan itu. Sedangkan Lissa yang hanya mempunyai sedikit pengalaman dalam bertanding hanya dapat menganalisis dan menggabungkan dengan trik dasar yang diketahuinya.
Meskipun suatu saat mereka tau akan menjadi lawan, mereka tidak akan mengalah satu sama lain. Mereka akan membuktikan bahwa siapa yang lebih pintar mengatur strategi penyerangan. Meskipun begitu mereka tetap akan menjadi teman. Walaupun hanya salah satu saja dari mereka yang akan menang, tidak ada dendam satu sama lain dari keduanya.
Saking dekatnya mereka berdua tidak dapat terpisahkan. Dimana ada Laras ditu juga ada Angga begitupun sebaliknya. Sampai pada akhirnya ada satu orang yang tidak suka melihat kedekatan antara Laras dan Angga, yang memiliki nama Kalia. Kalia sejak pertama masuk latihan selalu memperhatikan Angga secara diam-diam, bahkan temannya sendiri yang selalu bersama dengannya tidak tahu kalau Kalia secara diam-diam menyukai Angga. Kalia tidak suka bila Laras selalu bersama Angga setiap saat. Ia ingin sekali menarik perhatian Angga agar tidak hanya peduli dengan Lissa, namun juga peduli dengannya. Berbagai carapun dilalui Kalia, seperti menawari minum selalu ditolak oleh Angga, namun ia tidak akan menyerah ia akan terus berusaha agar Angga menyadari akan keberadaannya. Akhirnya 2 minggu lagi mendekati hari H, mereka semakin siap akan kemampuan yang mereka miliki. Begitupun dengan Kalia yang juga terpilih untuk mengikuti pertandingan itu.
 Disaat akan mendekati hari pertandingan diadakan latihan bersama untuk saling mengenal satu sama lain. Ditempat yang akan diadakannya pertandingan atau saat ini digunakan sebagai tempat latihan bersama terdapat lebih dari seratus orang dan puluhan dojang lainnya memenuhi tempat latihan tersebut. Sempat terjadi perselisihan antara satu dojang dengan dojang yang lainnya, perselisihan antara dua dojang tersebut belum terselesaikan juga sampai menarik perhatian yang sedang latihan disana, membuat yang latihan merasa tidak nyaman akan adanya gangguan dari kedua pihak tersebut. Disaat semuanya sudah selesai, mereka semua cepat-cepat menuju ke pintu keluar yang hanya adasatu tersebut. Akibatnya, Lissa yang kurang menjaga keseimbangan itupun jatuh dan terinjak oleh orang yang melewatinyatanpa sengaja. Hal itu membuat kaki kiri Lissa keseleo yang mengakibatkan Lissa tidak dapat latihan dalam beberapa hari kedepan.
 Disaat Lissa tidak dapat latihan untuk beberapa hari, Kalia setiap saat selalu mendekati Angga. Ia tidak henti-hentinya mengikuti kemanapun Angga pergi. Angga yang merasa selalu diikuti menjadi risih dan tak suka akan Kalia yang selalu mengikutinya. Bila sedang tidak ada latihan biasanya Angga selalu menyempatkan mampir kerumahnya Lissa, untuk menjenguk maupun hanya sekedar ingin saja.
 Sekarang kaki Lissa yang keseleo sudah sembuh, meskipun masih sedikit terasa sakit. Ia ingin sekali mengikuti pertandingan itu, padahal pak pelatih dan beberapa orang temannya menyarankan agar jangan dulu dipaksakan bila masih sakit.
“Jangan memaksakan untuk latihan Lis, kalau masih sakit lebih baik istirahat dirumah saja dulu.” Kata Pak Pelatih memberi saran.
Hari-hari pun berlalu dengan sangat cepat. Esok pagi pertandingan sudah berlangsung. Hari ini latihan terakhir persiapan untuk bertanding besok. Mereka semua mempersiapkannya dengan sangat baik. Pelatih pun memberi beberapa masukan agar besok semuanya berjalan dengan lancar.
 “Perhatian semua! Hari ini adalah terakhir kalian latihan disini sebelum pertandingan besok. Semoga kalian usaha kalian selama ini berbuah manis. Bukan hanya latihan saja, tetapi juga dengan berdoa agar besok lancer. Sekian dari saya bila ada yang perlu ditanyakan silahkan.” Kata Pak Pelatih.
 “Pak saya ingin bertanya, dimana kita besok berkumpul dan jam berapa?” Tanya salah satu orang disitu.
 “Baik, kita akan berkumpul di tempat yang dulu digunakan sebagai tempat latihan bersama dan kita berkumpul di salah satu bangku yang sudah dipersiapkan oleh panitia pada pukul 8 pagi. Diusahakan jangan ada yang terlambat agar, dapat beradaptasi disitu agar tidak grogi saat bertanding dan menyempatkan pemanasan bersama. Sekian dari saya terimakasih.” Jawab pak Pelatih.
Hari ini pertandingan berlangsung. Laras meminta doa restu kepada kedua orangtuanya agar pertandingan hari ini dapat berjalan sesuai apa yang diharapkannya.
“Mah, Yah aku minta doa restu agar pertandingan hari ini semoga berjalan dengan lancer.” Kata Laras meminta doa restu kepada kedua orangtuannya.
“Iya, ku doakan agar pertandingan yang kamu tunggu-tunggu dabat berjalan sesuai yang kamu harapkan.” Sahut kedua orangtua Laras.
Dengan dibekali dengan doa dari kedua orangtuannya dan didampingi pelatih dan teman-temannya ia melangkah menuju kedalam tempat pertandingan berlangsung.
 Di tempat pertandingan, berlangsung ramai. Banyak pelatih dan peserta pertandingan meraikan tempat itu. Di saat menunggu giliran berlomba, semuanya sibuk menyusun strategi dan memperhatikan peserta lain yang sudah terlebih dahulu bertanding. Seperti halnya yang lainnya demikian juga dengan Laras dia juga sedang melihat gerakan-gerakan yang akan digunakannya untuk bertanding nanti.
Di saat inilah saat yang paling mendebarkan. Tibalah saat gilirannya maju bertanding. Laras yang sempat grogi itupun memberanikan diri melangkah ke dalam arena pertandingan, dengan diiringi doa dari kedua orangtuanya. Setelah selesai memakai peralatan yang akan digunakan untuk melindungi dirinya agar tidak terlalu sakit saat ia terpukul ataupun tertendang.
Wasit memberi aba-aba tanda pertandingan sudah dimulai, tibalah saatnya ia membuktikan hasil latihannya selama ini. Tanpa ragu ia menendang lawan yang berada di hadapannya. Tanpa ia duga ternyata lawannya lebih gesit darinya. Ia pun tak sempat menghindar dari serangan lawan. Akhirnya setelah pertandingan yang cukup menguras tenaga itu, hasil sudah keluar keputusan wasit tidak dapat diganggu gugat. Hasil menyatakan bahwa yang menang adalah Clarissa Audia. Pahit memang mengetahui bahwa dirinya kalah dengan skor 4:12. Yang sudah terbukti memang dirinyalah yang kalah.
Meskipun hanya membawa pulang medali perunggu dari usaha nya selama ini, ia tidak putus asa. Meraih medali emas adalah impiannya. Ia akan menggapai impiannya suatu saat nanti. Mungkin saat ini bukanlah keberuntungannya. Ia yakin suatu saat nanti dapat membawa pulang medali emas.
Langit cerah yang tertutup awan, menghiasi langit pada hari itu. Meskipun tidak sesuai apa yang diharapkannya selama ini, ia tetap tersenyum bangga akan hasil yang diperolehnya. Ia yakin suatu saat pasti bisa.

Penulis Cerpen : Aulia Salsabilla M (04)

Post a Comment for "Cerpen : Rintangan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel