Cerpen : FLICKER
FLICKER
Salsa
Alya Safira
Sasha adalah perempuan berdarah
campuran Indonesia dan Inggris. Dia telah menghabiskan 20 tahun di Indonesia.
Tapi, sekarang dia tinggal di Inggris ikut sang Ayah setelah ibunya meninggal 3
tahun silam. Walaupun Sasha tidak begitu punya teman sebanyak di Indoneisa, dia
tidak merasa kesepian karena ada sang kekasih, Niall Horan. Ya, Niall Horan penyanyi
yang kini tengah naik daun. Walaupun mereka sama-sama sibuk, mereka berusaha
meluangkan waktunya untuk bersama. Semua orang iri dengan mereka berdua, tidak
terkecuali fans Niall. Sasha sering dikecam oleh mereka lewat sosmed. Dan Sasha
pernah diserang fansnya Niall di jalan dengan menjambak rambut Sasha. Tapi
Sasha tidak menanggapi semua itu dan tidak menceritakan kepada Niall. Dia tahu
resiko bila menjalin hubungan dengan Niall.
Hari ini Niall dan Sasha sedang menikmati Kota London. “Hari ini kita mau
kemana? ke studio lagi?” tanya Sasha agak lesu.
“Nah, this is a suprise for you, Sweetheart”. Jawab Niall dengan semangat sambil menyetir mobil. Lalu, Sasha menatap
wajah Niall dan tersenyum.
Setelah 20 menit perjalanan. Mereka sampai ke London Eye. Mereka berdua
mengelilingi London Eye, walaupun seringkali orang mengajak Niall berfoto
bersama. Namun, Sasha sudah terbiasa dengan hal tersebut.
“Hey, apa kamu tidak lapar Sasha?” tanya Niall sambil menggandeng tangan
Sasha. Sasha tersenyum menatap wajah Niall.
“Hmm..ya sangat, ayo ke “Nandos”, sudah lama kita tidak kesana.” Sasha
dan Niall sudah lama tidak ke Nandos bersama.
“Sasha muka kamu, kamu kecpaean?” Niall memperhatikan wajah Sasha. Dia
terlihat letih.
“Hmmm? Ya aku sangat capek.” Jawab Sahsa.
“Ayo aku gendong, sini naik kepunggungku.” . Tiba-tiba Niall jongkok di
depan Sasha.
“Emangnya aku anak kecil apa? Aku masih kuat jalan Niall. Lagi pula aku
berat. Lihatlah banyak orang disini, aku malu.” Sasha terkekeh dengan perbuatan
Niall tadi. Sasha berjalan mendahului Niall.
“Aaaaaa!!” Sasha berteriak. Alangkah terkejutnya Sasha di gendong Niall
ala bridal style. Wajah Sasha memerah
seperti tomat masak.
“Kau tidak bisa menolakku, Nona.” Niall tertawa kecil. Dia memutar tubuhnya sambil mengedong
Sasha.
“NIAALLLL!!!! Nooo!!! Aku bisa
jatuh! Turunkan aku, Niall!” Sasha ketakutan dan bahagia terlihat jelas diwajah
Sasha. Niall menggendong Sasha sampai ke parkiran.
“Wow, Anda kuat sekali Mr. Horan.
Maaf aku berat.” Sasha memuji Niall
yang membuatnya terkekeh. Sasha tau itu tadi melelahkan bagi Niall. Tapi dia
tidak memberi tahu Sasha
“Tak apa. Aku tidak mau kekasihku kecapeaan. Lagi pula dari tempat kita
tadi ke parkiran sungguh jauh. Silahkan Nona.” Niall tersenyum dan membukakan
pintu mobil untuk Sasha.
“Thanks.” Sasha masuk kedalam
mobil dan disusul Niall.
Niall melajukan mobilnya menuju “Nandos”. Didalam mobil mereka bercanda
tawa.
“Ow, oh no! Banyak paparazi.” Sasha
melihat sekelilingnya yang penih dengan paparazi.
Dan ketika sampai ditempat
tersebut, Sasha dan Niall tidak henti-hentinya mendapat jepretan kamera dari
paparazi. Sungguh Sasha tidak suka dengan hal tersebut. Walau, ini tidak terjadi
untuk pertama kalinya. Sasha memegang erat tangan Niall dan menutupi wajahnya. Lalu
mereka masuk dan memesan beberapa makanan.
Mereka duduk di pojok ruangan agar paparazi tidak mengambil foto mereka
dengan mudah. Niall dan Sasha berbincang-bincang sambil menyantap makanannya.
Setelah itu mereka pulang, diperjalanan Sasha tertidur, mungkin dia capek.
Sampai di rumah Sasha, Niall membangunkan sasha dengan mengusap kepala
Sasha. “Sasha, kita sudah sampai, hey bangun.”
Sasha membuka matanya. “hmmmm...
oh maaf, sudah sampai ya?.” Niall tertawa kecil karena tingkah Sasha, “Iya
sudah.”
Lalu Sasha melepas sabuk pengaman dan mengambil tasnya di kursi belakang.
Niall menahan tangan Sasha agar tidak turun terlebh dahulu.
“Sasha, besok pagi aku harus terbang ke LA karena urusan kerja. Jadi, aku
tidak bisa menemanimu untuk beberapa minggu kedepan dan aku tidak tahu pulang
kapan. Tapi aku janji, aku akan menelfonmu sesering mungkin. Maaf aku baru
mengatakannya sekarang.” Jelas Niall menatap mata Sasha, sungguh Niall tidak
ingin meninggalkan Sasha sendirian.
Sasha menarik napas panjang
setelah mendengar penjelasan Niall. “Huftt...yah aku paham. Dan ini tidak
pertama kalinya kamu meninggalkan aku sendirian, tapi tak apalah. I already miss you, Niall ” Jawab Sasha
dengan memaksakan senyumnya. Memeluk tubuh Niall sebentar. Lalu, Niall mengecup
kening Sasha dan mengucapkan selamat malam, lalu dia turun dari mobil.
“Bye, good night, laters baby.”
“Yah bye. Good night.”
Niall melajukan mobilnya. Sasha
melihat mobil Niall yang semakin hilang diujung jalan. Dia melangkah masuk ke
rumah. Entah kenapa tidak rela jika besok Niall pergi. Tidak biasanya
perasaanya seperti ini ketika Niall pergi.
Kota London tanpa Niall sungguh
seperti kota mati. Mungkin kalimat tersebut yang dirasakan Sasha. Niall dan
Sasha merasakan kerinduan yang mendalam. Ingin rasanya Sasha pergi menyusul
Niall ke LA. Tapi, Sasha juga punya kesibukan dengan kerjanya dikantor. Niall
sering menelfon lewat suara atau video. Bahkan, Sasha kerap menerima video
pendek dari Niall yang mengucapkan selamat pagi. Padahal, di London sudah
siang. Sungguh Sasha ingin Niall kembali ke London secepatnya. Hari demi hari
mereka menjalin hubungan jarak jauh yang begitu menyiksa batin mereka. Ingin
mencurahkan rasa rindu yang ada tapi mereka tidak tahu bagaimana.
Hari ini adalah dimana Niall
secara resmi meluncurkan albumnya. Sasha menelfon Niall namun tidak ada
jawaban. Sasha berusaha lagi dan lagi dan hasilnya sama, tidak ada jawaban dari
dia. Sasha berpikir kalau Niall sibuk atau semacamnya. Dan akhirnya Sasha
memutuskan membuat video untuk mengucapkan selamat kepadanya atas kerja
kerasnya selama ini.
Ini sudah satu bulan lamanya
Niall tinggal di LA. Sikap Niall berubah. Ia tidak sesering dulu menelfon
Sasha. Sasha mulai gelisah dengan hal itu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana
nanti jika hubungan mereka kandas ditengah jalan.
Pagi yang indah dan langit
yang biru. Seperti biasa Sasha pergi ke kantor. Tidak sibuk dan pekerjaannya
sudah selesai dan masih ada beberapa kerjaan, Sasha akan menyuruh sekertarisnya
untuk mengurus. Jadi, Sasha bisa beristirahat sejenak melihat TV diruang
kerjanya yang begitu luas dan mewah tersebut.
Dia menggonta-ganti channel
dan sampai dia menemukan wajah seseorang yang ada di TV yang tidak asing bagi
Sasha, wajah Niall. Dia menyaksikan dengan seksama. Namun, dalam berita
tersebut menyebutkan bahwa Niall berjalan bersama dengan seorang wanita yang
bernama Lea.
“Sungguh berita itu tidak benar. Tapi, bagaimana bisa? Dan itu? Mereka?
Aku?
Niall, Why would you do that to me?.” Sasha
menyandarkan tubuhnya di sofa dan memikiran hal tersebut. Tapi, Sasha tetap
berpikir itu hanya berita bohong belaka. Entah kenapa langit yang tadi cerah
berubah kelam.
Sasha bangkit dari sofa memandang Kota London dari kantornya yang ada di
lantai 17. Rintik hujan turun membasahi kaca jendela yang berada di depannya.
Dia mulai menyeka wajahnya yang sudah basah oleh air mata.
“Hufftt... tidak, tidak aku tidak percaya berita itu. Niall tidak mungkin
melakukan hal itu.” Batin Sasha.
Ponsel Sasha bergetar. Dia berlari kecil menuju meja. Ada telfon dari
Niall. Sasha tidak tahu harus menjawab apa. Dan berpikir lama sampai telfon
dari Niall mati.
“Sasha kenapa tidak menjawab telfon dari aku? Aku akan mencobanya sekali
lagi, aku berharap ini berhasil.”
Ponsel Sasha bergetar lagi. Sasha masih terkejut dengan berita itu. Sasha
berusaha berpikir jernih.
Telfon dari Niall lagi. Sasha menarik napas dalam-dalam lalu mengangkat
telfon dari Niall. Suara Sasha yang terdengar lemas.
“Yah Niall? How are you? Kapan
kamu pulang?”. Sasha berusaha menyembunyikan kejadian yang telah terjadi pagi
tadi.
“Yeah I’m fine. I’ll be back to
London tommorow. Mmmm... Is everything okay?”. Niall curiga karena tidak
biasanya dia harus menelfonnya dua kali. Dan suara Sasha sungguh berbeda.
“Yeah , Oh really? I’ll pick you up
tommorow at the airport. Everything is okay, don’t worry about me.” Jawab
Sasha dengan menahan air matanya. Dan menguatkan suaranya.
“Sasha, you don’t have--” pernyataan Niall dipotong
Sasha.
“Oh please Mr. Horan, c’mon.” Sasha
memaksa Niall agar dia menjemputnya.
“Okay”. Jawab Niall singkat.
“Good.” . Sasha mengakhiri
telfonnya dan merebahkan dirinya ke kursi kerjanya
Niall tahu kalau ada masalah atau sesuatu hal yang tidak beres dengan
diri atau masalah dengan Sasha. Atau...
Niall membereskan kopernya. Dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan
memikirkan ada apa sebenarnya dengan diri Sasha .
Sasha menunggu diruang tunggu bandara. Sasha melihat dari kaca jendela
yang besar dan privet plane mendarat
di Bandara London City Airport. Sasha
menggunakan pakaian serba hitam dan tertutup agar paparazi tidak mengetahuinya.
Dari jauh terlihat laki-laki berambut brunette
dan bermata biru jalan ke arahnya bersama timnya dan tidak salah lagi itu
Niall.
Sasha berlari ke arah Niall dan memeluk tubuhnya, seakan-akan dia tidak
ingin melepas dan tidak mau kehilangan Niall.
“Hai?” Niall memeluk erat tubuh Sasha. Tas yang tadi ditangan Niall sudah
ada dilantai.
Sasha tidak menjawab sapaan Niall. Air mata Sasha keluar membasahi pundak
dan baju Niall.
Mereka menyudahi pelukannya. Niall mengusap air mata Sasha dengan kedua
tangannya. Sasha tersenyum. Akhirnya Sasha bertemu Niall lagi setelah 1 bulan
mereka tidak bertemu.
Mereka menuju parkiran mobil di luar bandara. Sasha dan Niall saling
bergandeng tangan. Paparazi mengerumin mereka. Suara jepretan kamera yang terus
mengikuti mereka berdua. Tidak hanya itu, terdengar fans Niall yang menjerit.
Ditambah lagi pertanyaan dari reporter tentang hubungan mereka yang terus
terlontar. Niall hanya memasang senyum dan bungkam. Sedangkan, Sasha menutup
wajahnya dan bersembunyi dibalik tubuh besar Niall.
Sasha yang meneyetir mobilnya bersama Niall. Sasha tahu kalau Niall
sedang jetlag jadi Sasha yang
menyetir. Sedangkan crew Niall di
mobil lain. Mereka berdua terdiam disepanjang perjalan.
Sampai di rumah Niall. Sasha menjatuhkan tubuhnya di sofa hitam milik
Niall yang penuh dengan bantal. Sasha sudah menganggap rumah Niall seperti rumah
sendiri. Bahkan, Sasha sering menginap dirumah Niall.
“Sasha apa kamu lapar? Jika iya, aku akan masak untuk mu.” Tanya Niall
sambil membawa barangnya ke kamar.
“No, thanks. Are you?” Jawab
Sahsa. Tapi tidak ada jawaban darinya. Mungkin Niall tidak mendengarnya.
Sasha bangkit menuju dapur. Dia membuatkan coklat panas untuk Niall dan
tentu dia juga. Cuaca London yang basah dan dingin membuat Sasha butuh sesuatu
yang panas agar tubuhnya tetap hangat. Sasha meletakan dua gelas coklat
panasnya di atas meja.
Niall masih sibuk merapikan barangnya. Sasha mengotak-atik ponselnya yang
sepi notif. Sasha menyalakan TV dan menemukan channel pas.
“Berita itu lagi, yang benar saja
Niall melakukan hal itu?!” Sasha mengomel sendiri. Niall keluar dari kamar. Mungkin
dia mendengar perkataan Sasha tadi.
“Hah? Ada apa Sa? Kenapa ngomel sendiri? Dan baru saja kamu menyebut nama
aku”. Tanya Niall.
Niall duduk disebelah Sasha yang masih terfokus di Tv. Niall mencicipi
coklat panas buatan Sasha.
“Mereka bilang kamu jalan bersama wanita lain yang--” Sasha menyimpulkan
berita yang telah dia dengar.
Uhuk! Pernyataan dari Sasha yang
membuat terkejut Niall sampai coklat panas yang dimulutnya nyaris menyembur keluar.
Langsung Niall memuntahkan didalam gelas.
“Niall, hati-hati kalau minum. Itu masih panas.” Sasha mengambil tisu dan
memberikannya kepada Niall.
“Mmm ya, panas.” Niall menaruh gelas dan mulai memberiskan bajunya yang
terkena coklat. Wajah Niall berubah pucat pasi. Dia takut Sasha mengetahui
semua.
“Tenang Niall. Aku tahu semua itu hanya berita bohong. Belum ada bukti
jelas.” Sasha terkekeh. Dia mencoba menggoda Niall.
“Jadi, kalau ada buktinya kamu percaya, huh? Apa kamu akan menghukum aku,
Nona?!” Niall ikut menggoda Sasha.
“Oh, Of course, aku akan menghukum kamu.”
Sasha menanggapi lelucon dari Niall. Dia tahu Niall bergurau dan mana Niall
serius.
“Jika kau berani menyakiti cowok setampan ini, ayo hukum aku sekarang
juga.” Niall terus menggoda Sahsa.
“Okay, if you want it now!.” Sasha
melempar dan memukul Niall dengan bantal yang ada di sofa tersebut.
Niall dan Sasha perang bantal di sofa. Mereka tertawa melepas kerinduan
mereka. Larut malam. Tapi, mereka masih terjaga. Dan menonton film kesukaan
Niall.
“Hey, ini sudah malam, kamu tidak pulang? mau aku antar pulang? Atauuu
mmmm?” Niall menawarkan untuk mengantarkan Sasha pulang.
“Aku mau disini, tidak bisakah aku pulang besok pagi, Niall? Please!” Dia memohon agar menginap di
rumah Niall. Sasha tidak pulang. Dia ingin menghabiskan waktunya bersama Niall.
“Itu jawaban yang aku tunggu.” Niall terkekeh. Sasha suka ketika Niall
tertawa. Entahlah tapi itu adalah satu hal yang disukai Sasha dari Niall.
“Hoammm.. aku mengantuk. Apa kamu tidak tidur? Ini sudah malam. Apa perlu
aku antar ke kamarmu dan menceritakan sebuah dongeng agar kamu terlelap tidur?”
Niall mengantuk suaranya yang terlihat sudah hampir hilang.
“Memangnya aku bayi apa? Tidak Niall. Toh, aku bukan orang baru disini. Aku
sudah tahu mana kamarmu dan mana kamarku, tidur sana. Kau terlihat sangat capek.”
Omel Sasha yang menyuruh Niall tidur terlebih dahulu. Sasha punya kamar sendiri
yang sudah disiapkan Niall. Dan ada beberapa baju di almarinya.
“Good night.”Niall mengecup puncak
kepala Sasha dan pergi tidur.
“Yah, good night.” Sasha
menyunggingkan senyum kepada Niall.
Sahsa masih sibuk menonton Tv di
sofa. Dia sangat suka dengan sofa Niall. Hangat dan nyaman seperti Niall.
Sasha masih terpikir oleh berita itu. Tiba-tiba ponsel Sasha bergetar.
Ada sebuah pesan. Sasah terkejut dan menitihkan air mata. Ada seorang yang
mengirimkan sebuah foto Niall bersama seorang wanita di pub. Apa ini benar? Niall merangkul wanita tersebut. Sasha tahu
Niall saat itu mabuk, tapi? Dan ada pesan singkat.
“Lihatlah! Niall bersama aku,
Lea. Niall tidak mencintaimu, tapi dia mencintaiku. Niall bilang kepadaku bahwa
dia sudah bosan denganmu. Dia juga bilang kalau aku lebih cantik daripada kamu.
Dan dia lebih suka menghabiskan waktu bersama aku dibanding denganmu. Kamu
tidak selalu ada untuk dia, tapi aku.” Sasha membaca pesan tersebut. Air
matanya jatuh. Sasha lari kekamarnya. Dan mengunci pintunya. Malam ini Sasha
tidak bisa tidur. Dia masih terngiang-ngiang dengan pesan tersbut.
Keesokannya, Sasha sudah bangun terlebih dahulu. Niall menuju ke dapur
dan melihat Sasha menyiapkan sarapan hari ini. Niall suka jika Sasha masak
untuknya.
“Hey? Sleep well?”. Niall datang dengan rambut
acak-acakan. Langsung memeluk Sasha dari belakang. Tapi Sasha mengelak. Lalu,
membawa makanannya ke meja makan.
“Yup, ayo makan.” Sasha mengajak Niall makan. Tapi ucapan Sasha sungguh
berbeda. Ketus. Entah kenapa dia hari ini.
Setelah makan, Sasha merapikan semua piring kotor yang ada dimeja makan.
“Biar aku saja yang mencuci piringnya.” Niall menahan Sasha agar tidak
mencuci piringnya.
“Niall bisakah kita ke halaman belakang setalah ini? Aku ingin
membericarakan sesuatu.” Sasha ingin membahas tentang berita yang terlah
beredar.
“Bicaralah, kenapa harus di halaman belakang? Memang kamu membicarakan
apa?” Jawab Niall memandang Sasha lalu.
“Ku mohon, ini peting.” Jelas Sasha. Menatap Niall yang masih sibuk
dengan piring kotor.
Mereka menuju halaman belakang. Mereka duduk bersebelahan yang hanya dipisahkan
oleh meja.
“Niall apa berita tadi malam itu benar? Semalam.. aku menerima pesan..
dan ada sebuah foto kamu dan seorang wanita bernama Lea. Entah dari mana dia
bisa tahu nomor telfon aku. Kalian... dan kamu melingkarkan tanganmu di pundak
Lea. Dan ketika kamu di LA. Ada berita kalian menyebut kalian dating dan... hubungan kita sudah
berakhir” Sasha menceritakan semua yang dia dengar selama ini.
“ Aku hanya... ingin medengar penjelasan dari kamu langsung, dan aku
ingin kamu jujur. Karena... yang tahu hanya kamu.” Sahsa menatap Niall yang
bungkam.
“Niall? Aku mohon jawab.” Sasha sedikit memaksa.
“Iyaaa, tapi...Sh--!” Jawab Niall. Niall tidak bisa menyakiti hati Sasha
dengan mengatakan yang sebenarnya.
Air mata Sasha mulai keluar. Dia hanya bisa terdiam mendengar jawaban
Niall.
“Tapi kita hanya.. hanya jalan bersama dan.. dan selebihnya tidak.
Hanya... sekedar berjalan bersama. Aku... aku saat itu butuh teman. Aku
kesepian. Dan kita pergi ke pub dan
tanpa aku sadari ketika kita keluar dari
pub, Paparazi mengambil gambar kami. Saat itu mabuk, aku tidak tahu apa
yang terjadi. Aku tidak menyadari Lea memegang tanganku. Sungguh aku tidak
bermaksud lebih. Kita berteman dan dia rekan kerja.” Jelas Niall yang tidak
berani menatap Sasha. Ia berasa bersalah tentang hal ini.
Sasha benar-benar tidak percaya dengan semua perkataan Niall. Dia merasa
terpukul. Air matanya mengalir dengan deras.
“Sasha listen to me. I didn’t
mean it. I’m so sorry.” Niall berlulut di didepan Sasha yang masih bungkam.
Sasha mulai berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke dalam. Niall
menarik dan menahan tangan kanan Sasha. Dia bertekuk lutut.
Sasha bangkit dari duduknya. Sasha muak semua itu. Sungguh tidak bisa
dipercaya.
“Please, dont.. leave me. I
admit it.”
Niall bertekuk lutut memohon agar Sasha memafkannya.
Sasha mengibaskan tangan kanannya. Sasha merapikan barangnya. Niall
mengikutnya dari belakang dan masih memohon agar tidak pergi.
Sasha menghentikan langkanya dan memutar badan mengahadap Niall dengan
tangan yang melipat didada. Mereka kini saling beratatapan.
“You say that I’m enough. Dan sekarang kamu? Kamu
bilang kalian berteman? Apa dulu kita tidak berteman juga? Huh?! Kamu bilang
kesepian? Oh really? Apa kamu temanmu
hanya dia?.” Suara Sasha yang menaik dan ingin meluapkan emosi kepada Niall.
Niall memegang pundak Sasha. Namun, Sasha mengangkat kedua tangannya.
“I’m done.” Sasha melangkah
pergi. Tapi masih saja Niall menahan Sasha. Sungguh Niall tidak ingin
hubungannya berakhir begitu saja.
“Sasha ini hanya masalah sepele. Oh
c’mon, take it slow!.” Jelas Niall. Namun kata- kata tersebut semakin
membuat Sasha kecewa.
Plak! Satu tamparan menadarat di
pipi kanan Niall. Niall menunduk dan menutup matanya. Untuk pertama kalinya
Sasha menampar Niall.
“What did just you say Mr.
Horan? Take it slow?! Huh! Are you kidding me?! Apa aku harus berdiam diri sedangkan
diluar sana banyak orang membicarakan hubungan kita yang sedang tidak baik?.”
Sasha tidak bisa mengerti dengan pemikiran Niall.
Mereka berdiam sejenak. Sasha ingin pulang dan mengurung diri dalam
kamar. Sasha masih tidak percaya dengan semuanya.
“Mungkin ini jalan tengahnya Niall, aku muak dengan semua ini aku beri
kamu segalanya tapi apa balasanmu?... It’s...
over, You want the best. So sorry that’s clearly not me. This is all I can be. ”
Sasha mengkahiri hubungannya dengan Niall dan melangkah keluar.
“Sasha you are all that I want.” Niall
mencoba menyakinkan hati Sasha. Tapi, sudah terlambat. Sasha pergi. Dan
hubungan mereka selesai.
Niall hanya diam dan menyesali semuanya. Sasha melajukan mobilnya di
tengah padatnya Kota London yang diguyur hujan.
Niall menuju ke kamar, duduk ditepi tempat tidurnya dan mengacak-acak
rambutnya.
Sasha pulang ke rumah. Mengunci diri dalam kamar. Sasha berbaring di
ranjangnya. Air mata membasahi pipi dan bantalnya. Dia mulai berpikir untuk
pergi dan melupakan semua yang terjadi hari ini.
Sasha bangkit dan mengambil ponselnya. Dia menghubungi ayahnya agar
diberi ijin untuk pulang ke Indonesia. Ayah Sasha mengijinkan. Sasha mengemasi
barangnnya. Dia rindu keluarga besarnya dan selama 3 tahun ini belum
menyempatkan untuk menjenguk makam sang Mama.
Sasha sudah sampai di Indonesia. Dia berlibur di Indonesia selama 2
minggu atau lebih. Sasha ingin melupakan kejadian dan beban di hidup Sasha.
Yang bisa dilakukan Sasha hanyalah tidak memikirkan bebannya.
Niall merasa tertekan dengan semua ini. Niall berulang kali menelfon
Sasha. Tapi, tidak ada jawaban. Ini sudah 1 minggu Niall tidak melihat Sasha.
Niall sudah mengecek dikantor dan di rumah. Sasha pergi entah kemana tanpa
sepengetahuan Niall. Hal itu membuat Niall depresi berat.
Hari demi hari dilewati Niall dengan berat. Bahkan pihak manager Niall
membatalkan konser dan tournya. Niall yang diberitakan sakit. Sasha tahu
tentang itu. Dan sedikit cemas tapi tidak perduli. Dan akun sosmed Sasha yang
dibanjiri oleh fans Niall. Mereka menanyakan dimana dirinya ketika Niall sedang
sakit dan membutuhkan dia.
Niall akhirya memutuskan untuk
pergi ke pub. Niall melajukan
mobilnya ke pub. Dengan kecepatan
tinggi Niall membelah jalan Kota London. Niall didalam perjalanan hanya
memikirkan Sasha.
Sasha kini melihat makam sang Mama. Dia sangat merindukannya. Sasha
menabur bunga diatas makam mamanya. Sasha mulai mnceritakan semua selama 3
tahun ini. Ponsel Sasha berdering ternyata telfon dari Louis, sahabat Niall.
“Yeah lou? It’s me, Sasha.” Sasha
mengangkat telfon dari Louis.
“Sasha Niall, Dia dia..” Jawab Louis dengan cemas dan ketakutan.
Louis menjelaskan apa yang terjadi dengan Niall semalam. Sasha segera
terbang ke London. Sunnguh dia tidak
percaya. Sasha merasa bersalah atas semua ini. Dia yang membuat Niall sakit dan
semua itu karena dirinya. Sasha menelfon sang Ayah menceritakan apa yang
terjadi pada Niall dan menuyuruh sopir pribadinya menjemputnya di bandara.
Sasha mendarat di Bandara “London
City Airport”. Diluar sana banyak
paparazi yang sudah menunggu Sasha. Hal yang sangat menjengkelkan baginya.
Sasha membelah lautan reporter dan paparazi. Dia bugkam dengan apa yang
dikatakan oleh mereka. Sasha segera masuk ke mobil dan menuju rumah sakit.
Ya Niall mengalami kecelakaan 2 hari yang lalu. Sasha diperjalanan menuju
rumah sakit, hatinya tidak tenang. Seharusnya tidak terjadi pada Niall jika tidak
ada pertengkaran diantara mereka berdua hari itu.
Sasha sampai dirumah sakit. Dia berlari menuju ruangan dimana Niall
dirawat. Didepan sudah ada sahabat Niall, Louis Tomlinson.
“Niall... Niall.. dimana dia? Dia baik-baik saja kan? Aku ingin bertemu
dia sekarang!” Sasha sungguh tidak percaya dengan hal tersebut bisa terjadi
dengan Niall.
“Hey, calm down, he’s Niall” Louis menenangkan Sasha yang
wajahnya pusat pasi dan kedinginan.
“Sasha kamu kedinginan, ayo beli minum hangat, apa tidak membawa jaket?”
Sasha mengangguk. Louis merasakan Sasha kedinginan.
“Tapi bagaimana dengan Niall? Bagaiamana dia? Dia siuman kan?” Tanya
Sasha dengan tenaga yang tersisa.
“Nanti aku jelaskan disana. Yang penting kamu baik sebelum Niall melihat
mu seperti ini.” Jawab Louis memegang pundak Sasha. Dia terlihat letih.
Louis mengajak Sasha ke cafe rumah sakit. Louis membelikan minuman
hangat. Dan menceritakan semua kebenaran yang ada.
“Niall mengalami kecelakaan dan
depresi berat ketika kamu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kalian. Niall
sering mabuk. Dan tidak mau makan. Dan... Lea dia.. yang menemani Niall. Namun,
Niall tidak mau. Dia hanya mau kamu, Sasha”
“Dan tentang Lea... dia menginginkan Niall. Dia ingin hubungan kalian
hancur. Tapi, Niall tidak menganggap Lea lebih dari teman. Dia sangat
menyayangimu, Sasha. Tapi, kamu malah mempercayai berita itu. Sebenarnya Lea
menyewa paparazi ketika mereka keluar pub,
dan menyebarkan berita ini. Dan Niall tidak tahu apa-apa masalah itu.”
“Aku ingin kamu selalu di samping Niall. He breaks down, he needs you. Please, Sahsa. Aku tidak mau dia
kenapa-kenapa lagi. Mulai dari awal. Seperti dulu kalian berkenalan hingga
kalian menjalin hubungan.”
Sasha mendengar penjelasan dari Louis. Dia hanya menangis dan menyesali
diri sendiri.
“Dan keadaan Niall sekarang bagaimana
Louis? Ini...sudah 2 hari dia dirawat di rumah sakit ini sejak berita Niall
mengalami kecelakaan. Siapa yang merawat dia? Apa Mom Maura sudah tahu?”. Sasha
bertanya kepada Louis dengan terisak.
“Keadaanya sudah membaik. Yah, dia
dirawat oleh... Lea. Tapi, Niall menolak. Namun, tetap saja Lea memaksa. Dan
Niall tidak bisa menolaknya. Ya Mom Maura tahu dan menanyakan kamu. Karena dia
tahu yang dibutuhkan Niall hanya kamu. Kamu bak obat bagi Niall.” Jelas Niall.
“Aku... betapa bodohnya aku, sungguh semua ini salah aku.” Sasha terisak.
Air matanya tidak bisa dibedung lagi.
“Sudahlah semua telah terjadi.Sekarang ikut aku, kita temui Niall. Dia
sudah siuman dan... jangan kaget ketika bertemu Lea. Jangan bahas tentang
berita itu lagi.”
“Tapi aku dan Niall sudah putus beberapa minggu lalu, Louis. Kita
sekarang... entahlah aku tidak tahu hubungan kita sekarang setalah putus.”
Jelas Sasha kepada Louis.
“Tak apa, ayo kita temui Niall. Kau bisa menjelaskannya nanti. Dia sangat
merindukanmu” Mereka bangkit dari tempat duduk mereka menuju ruang dimana Niall
dirawat.
Sasha tangannya dingin. Seperti pertama kalinya dia bertemu dengan Niall.
Di dalam ruangan hanya Niall dan Lea. Niall sudah siuman. Tapi dia masih
terbaring lemah dan termenung. Sungguh pemandangan yang pahit bagi Sasha. Sahsa
berusaha menahan air mata dan menguatkan dirinya.
“Hey Niall. Tebak aku bersama
siapa? Tadaaaa! Sasha.” Louis sedikit bergurau dan lebay.
Niall dan Lea
kaget mendengar teriakan Louis. Wajah Niall langsung berubah derastis. Dia
tersenyum. Sasha sedikit kikuk.
Kenapa aku jadi gugup dan
kikuk seperti ini. Ya Tuhan , apa ini? Perasaan ini seperti awal bertemu dengan
Niall dengan senyum yang sama hanya suasana yang berbeda. Batin Sasha.
Sasha senyum sebagai tanda sapa. Dan Lea, dia hanya melihat sinis. Sasha
mendekati Niall. Tiba-tiba Niall menarik Sasha dalam pelukannya.
“I miss you, dari mana saja
kau? Aku mencarimu kemana-kemana, aku mohon janga pergi lagi, maafkan aku, aku
tida-” perkataan Niall dipotong dulu oleh Sasha
“Yah aku sudah tau semuanya. Maafkan aku juga.” Jawab Sasha pelan.
Mereka berbisik disela-sela pelukan. Mereka melepas pelukannya. Tapi, entah
kenapa Lea pergi meninggalkan ruangan tanpa suatu sebab. Sebelum Sasha
berkenalan dan menyapa.
“Lea! Tunggu!” Sasha mecoba mengejar Lea. Tapi tangannya ditahan oleh
Niall
“Biarkan dia pergi, aku ingin kamu disini, aku muak dengan Lea. Aku mohon
jangan pergi lagi. Aku... tersesat tanpamu, berjanjilah kau tidak akan
melakukan itu lagi. So, we can start it
all over again.” Niall menatap Sasha dengan wajah seirus. Sasha mengangguk
malu.
“Ahhhmmmm, aduh jadi obat nyamuk nih ceritanya. Yang dibelakang baru
ldr-an nih. Wadoo... eh gerah banget ya, perasaan ini lagi hujan.” Louis bergurau
dan merasa aneh karena diruangan tersebut hanya ada Sasha, Niall dan Louis.
“Ehh jangan gitu dong. Emang Eleanor kemana? Huh? Awas ati-ati nanti
pacar kamu diambil orang tau rasa.” Jawab Niall dengan leluconnya.
“Dia kan baru ke LA. Enggak akan dia diambil orang.” Louis menjawab
lelucon Niall.
Sasha merawat Niall sampai sembuh. Sekarang dia lebih mengabiskan
waktunya di rumah sakit merawat Niall sampai sembuh. Dan dia mengkosongkan
jadwal kerjanya. Dan menyuruh sekertarisnya yang mengerjakan semua tugas.
Sasha mengunjungi Niall pagi ini. Sasha membawakan sebuah bouquet flowers yang khusus untuk Niall.
“Hey, pagi Niall. Apa kau sudah makan?” Tanya Sasha sambil meletakan
tasnya di sofa.
“Belum aku menunggu kamu, Sasha.” Niall tersenyum melihat Sasha datang.
“Menungguku? Untuk apa? Oh ini untukmu.” Tanya Sasha yang duduk disebelah
ranjangnya dan menyerahkan bouquet ke
Niall.
“Ow! Beautiful. Thanks.
Seharusnya aku yang memberikan ini untukmu.” Niall berkedip nakal.
“Ohh.. tahu. Kau ingin aku menyuapimu, Niall?” Sasha tahu maksud Niall.
Hal ini lumprah baginya. Niall ketika sakit memanglah jadi orang yang manja.
Sasha mencuci tangan.
“Hahahaa.. tau saja kau.” Niall tertawa geli. Niall melatakan Bouquet di meja sebelah kirinya.
Sasha menyuapi Niall bak seorang ibu menyuapi anaknya. Sasha senang
hubungannya dengan Niall membaik. Tapi statusnya masih berteman. S
Sasha selesai menyuapi Niall. Niall ingin mengatakans sesuatu kepada
Sasha
“Sasha... aku mau kau jadi kekasihku lagi. Aku ingin mengulang dari awal.
Seperti dulu lagi. Aku tidak mau kehilangan lagi? Maukah kau menerima diriku lagi
menjadi kekasihmu?” Niall memegang erat tangan Sasha dengan wajah serius.
“Yah aku juga Niall. Maaf telah membuat kamu seperti ini.” Sasha juga
ingin hubungannya seperti dulu kala. Kini mereka resmi menjalin hubungan lagi.
Hari ini Niall sudah diperbolehkan pulang. Niall menyuruh sopir
pribadinya menjeputnya. Diperjalanan Sasha dan Niall mendekap satu sama lain.
Mereka tidak mau dipisahkan.
“Niall aku ada rapat hari ini. Bisakah kau antarkan aku pulang? Sungguh
aku tidak tahu hal ini. Aku mencoba menolak dan membatalkannya. Tapi, tidak
bisa. Ini mendadak. Aku minta maaf.” Sasha tidak ingin meninggalkan Niall. Dia
masih butuh dirinya. Dia belum sepenuhnya sembuh.
“Ya aku mengerti.” Niall tersenyum dan memakluminya.
“Basil, kita putar balik ke rumah Sasha sekarang.” Niall menyuruh supirnya
berbalik arah menuju rumah Sasha.
Hari demi hari hubungan Niall dan Sasha selalu bersama. Sasha sekaarng
lebih sering menginap di rumah Niall agar dia bisa merawatnya. Saling percaya
dan menyelsaikan permasalah dengan kepala dingin. Itulah prinsip mereka
sekarang.
“Oh Sasha kamu dimana? Telfon tidak angkat, dirumah dan kantor tidak ada.
Selalu saja membuat aku takut. Ehh... tunggu aku tahu dimana dia.” Niall
mencari Sasha dia ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Dia mencari Sasha dan
berpikir dimana tempat kesukaannya. Hyde
Park. Dimana Sasha mendapat kedamain dan ketentraman. Dia suka
berjalan-jalan ditaman. Dan taman ini adalah taman yang sering dikunjungi dan jadi
taman favoritnya di London.
Sasha duduk mengahadap air mancur. Tempat paling indah di taman ini bagi
Sasha. Dia bia melihat anak kecil berlarian kesana kemari, orang olahraga dan
masih banyak lagi.
“Disini kamu rupanya.” Suara Niall membuat Sasha tekejut. Dan menoleh ke
samping kanannya.
“Huh! kau membuat jantungku copot Niall. What are you doing here?” Sasha meperbaiki posisinya menghadap
Niall. Niall duduk disebelah kanan Sasha.
“Ya membuat copot jantung kamu karena ketampanan aku kan? Aku mencari
kamu, Sashaaa” Niall mulai dengan candaannya.
“Yeeee apaan sih enggak, emang situ ganteng? hidihhh. Ada apa cari aku?
kangen aku ya?” Ledek Sasha. Niall tertawa.
“Emang ganteng. Kalau itu selalu. Dan jangan ditanya lagi” Niall tertawa
kecil.
“Aku ingin menyampaikan sesuatu, nanti malam aku balik ke tour aku lagi
di O2 Arena. Aku harap kamu datang
malam ini. Bisakan? Aku tidak memaksa kamu datang aku hanya berharap kamu
bisa.” Jelas Niall sambil menatap dan memegang tangan Sasha.
“Yah, aku bisa, hari ini aku tidak ada kerjaan. Tapi, bagaiamana dengan
tiketnya? aku tidak punya tiket. Aku kemarin ingin beli. Tapi, sudah sold out.” Jelas Sasha. Dia kemarin
sudah ada rencana untuk membeli tiket. Tapi, sudah diserbu fansnya.
“Oh Ya Tuhan, hey Niall James Horan adalah pacar kamu. Dan semua crew aku sudah tahu kamu. Kamu bisa saja
dapat tiket VIP dari aku. Kamu akan menemani aku saat konser, tapi di backstage. Dan soal itu tidak usah
dipikirkan, aku punya kalung ini, pakai ketika kamu sampai di sana, dan jangan
masuk pintuk depan masuk pintu ke pintu belakang. Basil, dia akan menjemputmu
malam ini.” Jawab Niall sampai membuat Sasha tertegun.
“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Niall melihat Sasha yang
tertegun melihat dirinya.
“Tidak, tidak apa, lucu muka kamu Niall.” Sasha tekekeh.
“Ayo kita pulang.” Ajak Niall. Sasha mengangguk. Dan berjalan mengikuti
Niall.
Ini pertama kalinya Sasha ikut Niall dalam konser. Dia bertemu dengan
banyak orang. Termasuk sahabat-sahabat Niall.
“Sebentar lagi aku naik stage,
doakan semua lancar.” Niall mengecup puncak kepala Sasha.
“Yeah, jangan genit-genit dengan fans mu, disini ada aku.” Sasha bergurau
dengan Niall sebelum naik stage.
Niall tertawa.
Di didepan sudah banyak fans yang berteriak sampai terdengar di backstage. Wow, itu sungguh keren bagi
Sasha.
Sasha berbincang dengan teman dan crew
Niall. Sasha merasa nyaman. Rasa kekeluargaan sangat terasa.
Setelah 1 jam. Konser berjalan dengan baik. Tapi, salah satu crew memanggil Sasha untuk naik ke stage. Tapi, Sasha menolak. Dengan
sedikit pemaksaan. Sasha naik ke stage.
Terikan fans Niall dan Niall sudah menunggu.
“Pasti kalian sudah tahu siapa dia. Yah dia adalah pacarku. Ayo kesini
Sasha. Sini sebelahku.” Niall memperkenalkan Sasha dihadapan fansnya di atas
panggung. Sasha berjalan menuju Niall dan berdiri disampingnya. Semua fans
berteriak histeris dan menangis.
“Ini pertama kalinya aku mengenalkan kekasihku didepan umum. Wanita ini,
aku dibuat jatuh cinta dengan kesederhanaanya, tingkah lucunya, dan dia yang
mengajariku semua hal dalam hidupku. Aku ingin menghabiskan sisa umurku ini
bersamanya. Hanya maut yang bisa memisahkan kita berdua. Aku hanya ingin
mengatakan kalau....” Niall memengang tangan kiri Sasha. Bertekuk lutut
mengeluarkan sebuah kotak merah.
“Will you marry me, Sasha
Antoinette Fillion?” Niall membuka kota merah yang berisi cincin cantik.
Yang membuat hati Sasha berdetak cepat dan menitihkan air mata.
“Say yes! Yes! Yes!” para fans
berteriak untuk Sasha. Sasha tidak percaya Niall melakukan hal romantis seperti
ini.
“Yes, I’ll marry you, Niall
James Horan.”
Sasha menjawab “Ya” dengan malu. Dan Niall memberi sebuah bouqeut untuknya. Seperti kata Niall dulu. Mereka resmi
bertunangan. Niall menyempitkan cincin dijari manis Sasha. Diiringi tepuk
tangan dari semua penonton. Mereka berpelukan dan Niall mengakhiri shownya
dengan bernyanyi bersama Sasha diatas panggung.
~When two hearts are meant to be together, no matter
how long it takes, no matter how far they go, no matter how tough it seems,
love will bring them together to share a life forever.~
THE END
Post a Comment for "Cerpen : FLICKER"
Post a Comment