Cerpen : Pengalaman Tak Terlupakan


PENGALAMAN TAK TERLUPAKAN


Waktu itu usiaku sedang beranjak 11 tahun. Ketika itu sedang masa dimana hati merasa seperti selesai berperang melawan penjajah masa depan. Setelah bertempur selama 3 hari yang penentuan berhasil tidaknya harus menunggu beberapa minggu. Jadi selama kita setelah berperang kita disekolah hanya bertemu kawan, bercanda, bermain yang gajelas dan ga ada faedahnya. O iya disini saya akan memberitahu namaku dan teman temanku satu geng disekolah. Aku adalah selin dan temanku bernama ulil,bita,kiya, dan vera. Esok hari setelah aku dan teman teman sdku bertempur, aku berangkat sekolah dengan langkah yang tegap dan hati yang sedah layaknya melihat bunga bermekaran.
Sesampainya disekolah, selangkah demi selangkah  aku memandang teman temanku sedang bermain layaknya tiada beban. Akupun seperti mereka ingin bermain dengan pikiran yang sangat fresh maka ku percepat langkahku. Sesampainya diasana aku disapa oleh temenku yang bernama bita “hai selin kok baru datang? sini main bersama kami” aku pun menjawabnya hanya dengan senyuman dan segera mempercepat langkahku menuju kelas. Dan segeralah aku menghampiri mereka dan bermain bersama. Kita bermain berbagai macam permainan kita mainkan seperti petak umpet, kejar-kejaran,kotak pos, domikado, lompat tali dan masih banyak lagi. Namun di permainan lompat tali tiba – tiba teman kami yang bernama ulil dan bita bertengkar tidak tahu kenapa. Aku pun berusaha melerainya namun sangat sulit karena yang namanya cewek jika sudah bertengkar kalau tidak segera di selesaikan tidak akan selesai-selesai karena cewek memang kodratnya suka memperpanjang masalah.
 Setelah aku telusuri ternyata mereka bertengkar karena mereka berbeda pendapat tentang cara memberi point pada permainan lompat tali karena mereka berasal dari daerah yang berbeda. Akhirnya  pun ada guru yang melerainya. Dan masalah itupun selesai dan akhirnya kami pulang ke rumah. Sesampainya dirumah aku pun segera mandi dan makan lalu pergi kerumah kiya ternyata disana udah ada vera dan ulil. Kita berencana membuat makanan asal – asalan. Kita berencana membuat omelet asal campur karena kita tida tahu bahannya apa saja jadi kami pergi ke pasar membeli sayur sesuka kami. Kami sampai dirumah kiya memasak dan akhirnya jadi walaupun belum tau entah rasanya seperti apa. Kalau dilihat dari segi keindahan omelet kami memang tida ada indah- indahnya sama sekali namun setelah kita coba ternyata rasanya tidak sesuai yang kita bayangkan. Sungguh luar biasa enaknya walaupun buatnya asal-asalan. Kami makan sambil bercanda,tertawa,bercerita dan sampai tidak kerasa bahwa dalam waktu 7 menit saja udah habis omelet kami.
Setelah itu kami duduk santai dan sambil bercerita. Ulil bercerita tentang sungai yang ada di desa sebelah. Ia bercerita panjang lebar sehungga kiya pun berpendapat ingin bermain kesana. Dan vera mencoba menghubungi bita supaya besok pagi dia siap siap ikut ke sungai. Setelah membahas itu kami pun pulang.
Keesokan harinya ulil dan kiya pun sudah menunggu kedatangan ku dan vera.  Setelah 5 menit mereka menunggu akhirnya aku datang tinggal menunggu kedatangan vera. Setelah 15 menit kita tunggu ternyata vera pun menelfon kami ternyata ia kecelakaan. Kami bertiga sangat panik dan berusaha bertanya ia ada dimana supaya kita bisa membantu. Ternyata tidak jauh dari rumah kiya hanya berjarak 700m saja. Sesampai disana kita melihat keadaan vera untung hanya sedikit lecet saja. Tiba – tiba ada bapak agak tua yang marah marah tidak jelas. Kami bingung itu siapa ternyata bapak itu orang yang menabrak vera namun tidak mau bertanggung jawab. Setelah lama berdebat datanglah polisi dan vera bersama bapak tadi diberi pilihan damai saja atau dilanjut ke meja hijau. Vera pun menjawab damai saja karena vera tidak apa – apa dan takut masalahnya jadi panjang. Selesailah masalah itu dan kami berempet segera pergi dan berangkat menuju sungai. Sebelum berangkat kami menaruh sepeda kami di rumah ulil dan kita berangkat ke sungai jalan kaki karena jarak sungai dan rumah kiya tidak terlalu jauh.
Kami selama perjalana tertawa – tawa, bercerita-cerita dan tiba – tiba kami dikejutkan oleh kakek tua yang misterius. Ia bercaping, membawa sabit, dan tidak berbaju. Kami kira ia seorang kakek yang ingin menculik anak . kami sudah panik setengah mati tapi dengan niat dan tekat kami berjalan lurus. Kakek itu pun bertanya kepada kami “ mau kemana nak kalian?” kami menjawab “ kami akan bermain ke sungai kek “ kakek menjawab” ini sudah siang nak jangan main disungai sampai jam 11 karena jika di permukaan sungai sudah ada laba – laba sungai makan kalian akan mendapat petaka karena arus semakin deras” kami tidak menggubrisnya malahan kami malah beranggapan kakk itu gajelas sekali, sok tau banget, sok kenal banget. Kami lanjut saja berjalan menuju sungai.
Sebelum ke sungai kami ke rumah bita dulu karena kebetulan rumah bita tidak jauh darin sungai itu. Disana kami makan, nyemil, makan buah, dan lainnya. Setelah hampir 30 menit dirumah bita kami pun mengajak bita untuk berangkat ke sungai. Disana jalannya untuk turun ke sungai sangat licin dan curam. Kami dikejutkan karena bita terpeleset dan terguling. Kami berusaha menolongnya untung saja ia tidak kenapa-kenapa. Sampailah kami dipinggir sungai dan segeralah kami ganti baju dan bermain air,berenang,dan tertawa - tawa.   Kami larut dalam kebahagiaan sampai tidak terasa kalau arus semakin deras. Kami malah dikejutkan dengan adanya bita terseret arus. Kami mulai panik dan bingung harus bagaimana karena kami takut kalau dimarahin ibu kami dan karena kami seharusnya tidak diijinkan untuk pergi ke sungai. Tapi karena kami penasaran akhirnya kami memutuskan untuk pergi tanpa ijin. Lalu kami panik bagaimana ini jika bita tidak selamat dan hanyut terseret arus dan kami berunding jawaban apakah yang akan kita berikan jika ibu bita menanyakan jika bita tidak terselamatkan diri. Kami malah asyik berunding dan lupa akan keselamatan bita. Setelah kita sadar akan keadaan bita yang semakin menjauh dari berdirinya kami kami lalu panik mencari pertolongan. Akhirnya aku turun ke sungai dengan tidak membawa pelampung atau apapun hanya modal nekat saja yang penting selamat. aku berusaha meraihkan tanganku kepada bita namun kedua tangan bita masih berpegangan pada pohon kecil yang ada didekatnya yang akan tumbang.
Aku berusaha maju dan karena aku lebih pendek dari bita dan aku jika sdmakin maju maka aku yang ikut tenggelam maka aku putuskan berhenti dan meminta kepada temanku untuk menggantikan ku. Namun tiada satu temanku yang mau malah mereka ricuh karena mereka bingung siapa yang akan menggantikanku. Temanku- temanku meminta tolong kepada orang sekitar. Akhirnya ada teman kami satu kelas yang kebetulan rumahnya dekat sini. Kami minta tolong kepadanya. Ia akhirnya mau membantu. Yang lebih dahulu ditolong adalah bita karena ia yang sudah dalam keadaan gawat jadi aku harus tetap berpegangan pada batu besar. Bita akhirnya bisa naik dan selamat karena ditarik oleh cowok tadi , dan tubuh bita pun mendukung karena ia tinggi dan sagat mudah meloncati batu itu. Tinggal aku saja yang masih ada di dalam sungai. Karena  kata teman teman ku cowok tadi itu jatuh cinta padaku dan ini adalah kesempatan dimana ia dapat dekat dengan ku. Ia menjulurkan tangannya dan aku pun berusaha meraih tangannya. Setelah bisa ia berusaha menarikku ke batu besar itu namun krena batunya terlalu tinggi aku tidak bisa menaikinya maka cowok tadi berusaha menarikku lagi namun masih saja tidak bisa. Dia merasa sudah lelah dan menyerah untuk menarikku. Aku pun juga merasa sudah pasrah jika aku bisa selamat alhamdulillah jika tidak ya mau gimana lagi memang sudah jalannya.
Akhirnya temanku secara bergantian menarikku. Mulai dari ulil, vera, bita, kiya mencobanya dan hanya kiya lah yang hampir berhasil. Tanganku sudah hanya berpegangan pada jari kelingkingnya saja jika itu terlepas mungkin hanya baju dan tas ku yang ada di pinggir sungai sajalah yang masih didunia dan akan menjadi kenangannya. Untung saja kiya dibantu 3 temanku tadi masih saja tidak bisa. Sampai – sampai temanku memanggil warga supaya membantu menaikkan ku. Namun tidak bisa. Malahan yang bisa yaitu kiya. Akhirnya aku bisa naik dengan selamat dan kami segera pulang dan mandi dirumah bita dengan keadaan basah. Setelah mengerinkan baju dan mandi kami segera pulang.
Sesampai ditengah perjalanan kami dikejutkan oleh kakek tua tadi dan ia berkata “ dengarkanlah perkataan orang tua walaupun menurut kamu itu tidak penting “ dan kami hanya bia menangis tidak bisa menjawab apa – apa dan kakek berkata lagi “ tidak apa – apa asalkan kalian selamat saat ini, segeralah kalian pulang karena ibu kalian pasti sudah menghawatirkan kalian dari pagi sampai sekarang tidak pulang – pulang” kami pun hanya mengangguk pelan dan melanjutkan perjalanan menuju rumah kami masing – masing. Sesampai dirumah ibu menanyaiku kenapa bajuku bisa basah. Aku sudah mengeluarkan beribu alasan namun ia tidak percaya. Akhirnya aku pun jujur dan ibu sangat memarahiku . aku hanya mendengarkan saja dan aku mebuka hp ternyata ada chat dari cowok tadi yang mana isinya ia menanyakan kabarku dan ia menyatakan cinta padaku. Dari pengalaman ini juga merasakan betapa senangnya dicintai oleh lelaki idaman di sekolah kami, asyiknya menikmati alam yang sungguh luar biasa indahnya ini. tapi inilah suatu pengalaman yang sangat berkesan yang tidak dapat aku lupakan.




 Selvi Amaliana S












Post a Comment for "Cerpen : Pengalaman Tak Terlupakan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel