Cerpen : Tak Selamanya Putih Itu Suci


Tak Selamanya Putih Itu Suci
Semua hal di dunia ini selalu memiliki dua sisi. Seperti halnya hitam dan putih, terang dan gelap, pagi dan malam, manis dan pahit, sedih dan senang dan lainnya yang termasuk di dalam diri manusia itu sendiri. Setiap manusia selalu memiliki dua sisi yang berbeda di dalam dirinya entah mereka sadar ataupun tidak. Hal inilah yang terjadi pada Sia Quinnley, gadis cantik yang memiliki iris mata berwarna biru saphire. Wajahnya bagaikan seorang dewi yang tak perlu diragukan lagi kecantikannya. Bibir penuh nan mungil serta hidung yang lancip menambah keindahan dari mahakarya Tuhan yang menakjubkan itu. Surai indah yang berwarna hitam kecoklatan itu, telah menjadi mahkotanya selama 22 tahun ini. Ditambah dengan tubuh yang ramping bak model Victoria Secret, semakin menambah kesempurnaan yang ada pada diri Sia
Namun, kesempurnaan tersebut, tak lantas membuat Sia menjadi gadis sombong dan selalu membanggakan diri. Sia sendiri berasal dari keluarga sederhana. Sia selalu diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk menjadi pribadi yang kuat. Pribadi yang selalu siap menerima segala keadaan tanpa harus berkeluh kesah. Sia selalu menolong siapapun yang membutuhkan bantuan. Ia tak pernah memandang seseorang dari status sosialnya. Oleh karena itu, Sia memiliki banyak teman selama ini.
Dan yang paling terbaik adalah Alexandra Roxanne. Gadis blasteran Indonesia-Jerman itu telah menemani hampir setengah perjalanan hidup Sia. Berbeda dengan Sia, Alexa adalah gadis berandal yang kebetulan saja memiliki wajah imut. Kepribadian Alexa dan Sia sangatlah bertolak belakang. Alexa tidak suka dengan sesuatu yang berbau ketenangan. Ia selalu menciptakan kegaduhan selama 24 tahun hidupnya. Di lain sisi, Alexa juga sangat menyukai semua hal yang berhubungan dengan fashion. Hal itu didukung oleh kekayaan orang tua Alexa sebagai pemilik perusahaan properti paling maju di negaranya. Maka tak heran apabila Alexa selalu memiliki barang yang disebut-sebut limited edition.
Persahabatan keduanya pantas disebut sebagai salah satu keajaiban dunia. Bayangkan saja, seorang gadis lembut yang penuh perhatian dipertemukan dengan salah satu jenis spesies berbahaya di dunia. Seperti itulah gambaran orang-orang mengenai Sia dengan Alexa. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama selama 10 tahun belakangan ini. Dimana ada Sia Quinnley, disitu pasti ada Alexandra Roxanne. Bahkan saat ini pun, mereka mengambil jurusan yang sama di Universitas Meeland, yaitu fashion and design.
Sia dan Alexa dikenal sebagai mahasiswa yang sangat aktif dalam beberapa kegiatan kampus. Kebanyakan dosen juga sering mengandalkan Sia dan Alexa, karena mereka mempunyai otak yang cemerlang. Tak heran, dengan kecantikan dan kepandaiannya itu, Sia mampu menarik hati banyak pria. Salah satunya adalah Dimitri Barclay.
Sia dan Dimitri sudah berpacaran selama hampir 4 tahun. Mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Bahkan disebut-sebut sebagai relationship goals. Namun akhir-akhir ini, Dimitri agak berlaku aneh kepada Sia. Dimitri sudah jarang mengajak Sia keluar pada akhir pekan. Tak lagi mendatangi rumah Sia dihari Sabtu. Jangankan datang ke rumah, Dimitri bahkan tak menelepon Sia selama 2 minggu ini. Padahal sebelumnya, Dimitri tidak pernah absen untuk menelepon Sia pada malam hari, walau hanya sekedar menanyakan hal-hal kurang penting yang akan membuat Sia mengantuk.
Sikap Dimitri tersebut membuat Sia menjadi resah. Apakah sekarang Dimitri sudah tak mencintainya lagi? Apakah Dimitri sudah tidak mementingkan Sia? Apakah Dimitri telah menemukan seseorang yang baru di luar sana? Segala macam pikiran negatif telah Sia coba untuk abaikan. Namun, hal itu malah membuat Sia menjadi pusing.
Awalnya Sia berniat untuk memendam sendiri perasaannya saat ini. Sia bertekad bahwa ia tidak akan menceritakan masalah ini kepada Alexa. Tetapi keteguhan Sia runtuh. Sia sudah sangat kebingungan. Oleh karena itu, Sia mengajak Alexa untuk pergi ke taman belakang kampus dan menceritakan segala kebingungannya.
"Hei, ada masalah apa sampai-sampai Tuan Putri yang cantik ini mengajakku ke tempat yang sepi dan tidak asik ini?" ucap Alexa sambil sedikit meledek.
"Haisshh, kau ini. Aku mengajakmu kesini karena aku ingin menceritakan sesuatu kepadamu, bukannya malah memintamu untuk meledekku," balas Sia sambil merajuk menatap Alexa.
"Hahaha, baiklah-baiklah. Aku hanya bercanda saja. Kau kan tahu aku tidak suka dengan suasana yang menegangkan seperti saat ini,"
Alexa membenahi posisi duduknya agar nyaman mendengarkan cerita Sia. "Sekarang katakan padaku bahwa apa yang akan kau sampaikan ini adalah hal yang penting. Jika tidak, aku akan menceburkanmu ke danau itu karena sudah menghilangkan waktuku untuk membeli tas keluaran terbaru dari Hermes," ujar Alexa sambil menunjuk danau yang ada di kampus mereka.
"Ya Tuhan, bagaimana bisa aku memiliki sahabat yang hampir mirip dengan macan betina?" ucap Sia pelan.
"Apa kau bilang? Aku? Seperti macan betina? Hei, awas saja kau!" Sia tertawa karena teriakan Alexa itu.
"Al, sebenarnya aku telah tidak jujur kepadamu ketika kau menayakan hubunganku dengan Dimitri kemarin. Aku dan Dimitri sedang tidak baik-baik saja. Entah kenapa hampir dua pekan ini, ia berlaku aneh daripada sebelumnya. Ia sudah jarang berkunjung dan meneleponku lagi. Apakah menurutmu dia telah memiliki sebuah nama baru yang singgah di hatinya?" ungkap Sia mengutarakan isi hatinya.

"Hah, sudah kuduga bahwa hubungunmu dengan Dimitri ada yang tidak beres. Mengapa kau tak menceritakannya kepadaku? Kau sudah menganggapku tidak penting lagi ya,"
"Bukan begitu Al, aku hanya merasa tidak enak saja kepadamu jika aku menceritakan ini," suara Sia semakin memelan. "Selama ini aku selalu saja menyusahkanmu, maka dari itu aku ingin mencoba mengatasi masalahku tanpa harus membebanimu. Namun ternyata, ini tak semudah yang aku pikirkan. Aku malah semakin bingung harus berbuat apa,"
Alexa yang mengerti akan kondisi batin Sia, mencoba untuk menghiburnya.
"Kau ini, seperti baru kemarin saja bertemu denganku. Kau tahu sendiri kan, aku malah tidak senang dengan sikapmu yang suka memendam masalah seorang diri. Kau juga tahu, bahwa kau bisa mengatakan segala hal yang ada di dunia ini kepadaku. Aku akan bersamamu, mendukungmu, dan memberikan semangat sepanjang waktu,"
Alexa menggenggam tangan Sia dan berkata, "Awas saja si bodoh itu. Berani-beraninya membuat Tuan Putriku ini menangis. Akan kubunuh dia kalau aku bertemu dengannya. Dia pikir dia bisa berlaku seenaknya kepada wanita yang telah menemani hidupnya 4 tahun ini. Awas saja, akan kuberi dia pelajaran,"
Sia yang mendengar ucapan Alexa itu, lantas tertawa terbahak-bahak. Alexa memang sudah gila. Bagaimana mungkin dia bisa membunuh Dimitri, jika pada kenyataanya Dimitri adalah anak dari adik perempuan ibunya Alexa? Tentu saja Alexa tak akan melakukan hal bodoh itu, kecuali jika ia bertindak nekat ingin memutus hubungan sebuah keluarga besar.
"Ada-ada saja kau ini. Tapi, setelah kupertimbangkan sepertinya ide itu tidak buruk juga. Kapan lagi aku bisa menyaksikan seorang Alexa Roxanne dipenjara karena telah membuat seorang ibu kehilangan anak yang paling disayanginya. Kau pasti akan menjadi yang paling cantik dan manis apabila ada dipenjara," ucap Sia sambil menghindar dari Alexa yang sebentar lagi akan meledak.
"Sia Quinnley!!! Awas saja kau! Hei, jangan lari! Kembalilah, hey!! Akan kubalas kau! Hei, jangan lari dariku!"
Maka adegan kejar-kejaran tak dapat terelakkan lagi pada sore hari itu.

~~
Hari ini, Sia dan Alexa mempunyai jadwal untuk mengikuti seminar yang diadakan kampusnya. Oleh karena itu, mereka berdua pulang lebih telat daripada biasanya. Mereka memutuskan untuk pergi ke taman belakang kampus setelah acara tersebut selesai.
"Hah, hari yang melelahkan. Benar kan, Si?" Alexa memijit pundaknya yang terasa penat.

"Yah, memang benar. Badanku rasanya pegal karena terlalu lama duduk. Aku akan langsung mandi dan pergi tidur setelah sampai rumah nanti," kata Sia sembari menyandarkan punggungnya di bangku taman.
Alexa hanya menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba, secara tidak sengaja pandangan Alexa tertuju pada sebuah gazebo yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini. "Hei, bukankah itu Dimitri?"
Sia langsung menolehkan kepalanya setelah mendengar ucapan Alexa barusan.
"Ya, tidak salah lagi, itu memang dia. Aku tidak akan mengampuninya. Aku akan menghajarnya sekarang juga karena telah membuat sahabatku sedih,"
Alexa hampir saja lari menghampiri Dimitri jika saja tidak ada sebuah tangan yang menahannya.
"Jika kau berusaha menghalangiku untuk memberinya pelajaran, aku tidak akan mau berbicara denganmu," Alexa berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Sia.
"Oh, ayolah Al. Jangan berbuat keributan di sini. Kau tidak lihat? Dia sedang bersama temannya saat ini. Dia pasti akan marah padamu jika kau melabraknya sekarang," jelas Sia.
"Seharusnya dia merasa bersalah padamu. Dia tidak memberimu kabar. Dia bahkan tidak berusaha menjelaskan apa-apa kepadamu. Aku tidak bisa tinggal diam jika kau diperlakukan seperti itu. Lepaskan aku, Sia!".
Tanpa menunggu jawaban dari Sia, Alexa langsung menarik tangannya dan berlari menghampiri Dimitri. "Ooohhh, jadi inikah perangai dari Tuan Dimitri Barclay yang terhormat?" ketus Alexa.
Dimitri yang tidak tahu-menahu apa yang diucapkan oleh Alexa, merasa kebingungan. "Apa yang kau bicarakan? Aku tak mengerti maksudmu,"
Mendengar hal itu, Alexa merasa muak. "Jangan pura-pura bodoh, Dimitri! Jika kau hanya ingin bermain-main dengan Sia, aku peringatkan padamu untuk meninggalkannya sekarang juga. Jangan pernah kau mencoba untuk menyakitinya. Aku bersumpah, aku akan menghabisimu jika saja kau berusaha untuk menyakiti Sia,".
Dimitri malah semakin bingung dengan kata-kata yang dilontarkan Alexa padanya. "Tunggu sebentar, memangnya apa yang sudah kulakukan kepada Sia?"
Alexa merasa kesal karena Dimitri berlagak seperti orang yang tidak tahu apa-apa. "Kau menghilang tanpa jejak selama 2 minggu. Tak memberi kabar pada Sia. Kau juga tidak menelepon dia. Dan sekarang, kau dengan santainya berada di sini berkumpul dengan teman-temanmu, seperti tidak punya rasa bersalah," ucap Alexa tak sabaran.
"Ya Tuhan!" pekik Dimitri secara tiba-tiba. Tanpa menjawab pertanyaan dari Alexa, ia langsung pergi meninggalkan tempat itu.

~~
Setelah gagal menahan Alexa, Sia langsung pergi meninggalkan tempat itu. Ia tidak ingin menyaksikan keributan yang terjadi antara Alexa dan Dimitri. Sekarang ia sedang berada di taman dekat perpustakaan kota. Ia ingin menenangkan pikirannya sesaat, entah tentang Dimitri atau salah satu rahasianya sekarang. Taman inilah yang menjadi tempat favoritnya saat ia sedang berusaha menghibur diri dari segala masalah yang sedang ia hadapi.
Saat sedang menikmati makanannya, tanpa diduga Dimitri sudah berada di depannya. Dimitri menahan Sia untuk pergi dari taman tersebut. Ia menjelaskan semua yang terjadi selama ini, tentang apa alasannya tidak menghubungi Sia, tidak mengunjungi Sia, tidak memberi kabar. Dimitri menjelaskan semuanya secara detail. Namun, Sia tetaplah Sia. Gadis lembut yang selalu bisa memaafkan kesalahan setiap orang. Dengan mudahnya, Dimitri berhasil membuat Sia kembali padanya.

~~
Hari ini, wajah Sia dipenuhi oleh sinar kebahagiaan. Satu masalah telah teratasi. Ia hanya perlu tersenyum dan bersyukur untuk kehidupannya saat ini. Ia harus tetap berbahagia dengan kehidupannya sekarang. Setidakmya, Dimitri-nya telah kembali padanya. Ya, Dimitri-nya. Orang yang selama ini Sia anggap sebagai sesorang yang berharga, setelah ibunya dan Alexa. Orang yang telah mengisi kekosongan di hati Sia. Sia selalu menghargai Dimitri, ia mencoba menjadi yang terbaik untuk Dimitri. Walaupun kadang terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, Sia tetap bersabar. Ia yakin bahwa Dimitri adalah orang yang tepat untuk mendampinginya kelak.
Sia datang ke kampus lebih awal pagi ini. Entah mengapa, sepertinya ada yang aneh dengan dirinya. Banyak orang yang menatap Sia dengan pandangan yang tidak enak. Di kelas pun, tidak ada yang mengajaknya berbicara. Sia meminta penjelasan kepada temannya tentang apa yang terjadi. Namun, semua orang malah memilih untuk bungkam dan menghindar dari Sia.
Disaat semua orang menghindar, ada satu orang yang tanpa diundang menghampiri Sia. Dia adalah Kevin Hoffman. Pria itu terkenal dengan sifatnya yang tertutup. Ia tidak pernah terlihat berkumpul dengan teman-temannya. Ia juga terkesan tidak peduli dengan keadaan yang terjadi di sekitarnya. Kevin terlihat seperti orang yang tidak bersahabat. Semua orang berusaha untuk tidak memiliki urusan dengan si pendiam itu. Karena sifat tertutupnya itu, Kevin sampai-sampai disebut sebagai pembunuh bayaran.
Oleh karena itu, Sia merasa terkejut dan khawatir ketika tiba-tiba saja Kevin datang menghampirinya. "Kau merasa bingung bukan?" ucap Kevin tanpa ekspresi. "Kau sedang dalam incaran seseorang. Berhati-hatilah,"

Sia sangat terkejut dengan ucapan Kevin. Siapa yang mengincar dirinya? Apa yang diinginkan orang itu darinya? Ia tidak pernah mencari masalah dengan siapapun. Atau jangan-jangan Kevin-lah yang mengincarnya? Tetapi untuk apa? Bukankah Sia tidak pernah berurusan dengan Kevin? Jadi, untuk apa Kevin berusaha mengincarnya? Apakah rumor tentang Kevin yang bekerja sebagai pembunuh bayaran itu benar adanya? Ah, mungkin Kevin hanya bercanda saja. Tetapi, untuk apa Kevin bercanda dengannya? Padahal Kevin tak pernah sekali pun berbicara dengannya.
Segala macam pikiran negatif memenuhi otak Sia. Sia merasa cemas. Bisa saja Kevin berusaha untuk menjauhkannya dari masalah. Ah, Sia membutuhkan Alexa saat ini. Ia butuh seseorang untuk bertukar pikiran. Sia mencoba menghubungi Alexa beberapa kali, namun tidak diangkat. "Ya ampun, bagaimana bisa aku lupa. Dia kan sedang mendatangi acara fashion show hari ini." ucap Sia sambil menepuk jidatnya

~~
Sejak hari dimana ia diperingatkan oleh Kevin. Kejadian aneh mulai menghampiri Sia. Sia banyak mendapat pandangan merendahkan dari teman-temannya. Bahkan, seseorang pernah hampir melukai Sia di bagian kepala. Sia sungguh merasa kebingungan. Ia benar-benar tidak tahu kesalahan apa yang telah ia buat sehingga orang-orang membencinya.
Hari ini Sia datang ke kampus menggunakan motor milik ibunya. Saat ia sedang memakirkan motor tersebut, Sia melihat beberapa mahasiswa berbondong-bondong menuju ke aula kampus. Sia pun segera mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Aula itu terlihat sangat ramai. Suara para mahasiswa sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Ada satu tempat yang menjadi titik perhatian semua orang yang berada di ruangan tersebut. Papan pengumuman. Ya, semua orang saat ini sedang berusaha untuk mencari tahu apa yang ada pada papan pengumuman tersebut.
Karena penasaran, Sia pun menerobos kerumunan orang-orang tersebut. Namun, betapa terkejutnya Sia setelah mengetahui apa yang sedang di lihat oleh banyak orang di ruangan ini.
Di papan pengumuman itu terdapat foto Sia dan ayahnya yang berukuran sangat besar. Yang lebih membuat Sia terkejut adalah kata-kata yang ada di bawah foto itu. MARK ANTHONY. MAFIA TERBESAR YANG TELAH DIEKSEKUSI OLEH KEPOLISIAN SETEMPAT KARENA TELAH MENYELUNDUPKAN NARKOBA SELAMA 10 TAHUN. SIAPA SANGKA BAHWA IA MEMILIKI SEORANG PUTRI? BAGAIMANA JIKA PUTRINYA MENERUSKAN BAKAT YANG DIA MILIKI?
Seketika juga, dunia yang saat ini Sia pijak rasanya seperti telah runtuh. Bagaimana mungkin berita itu dapat diketahui? Bagaimana bisa berita itu tersebar? Siapa yang telah menyebarkannya?

Selama 15 tahun lamanya, Sia berusaha untuk menutup rapat-rapat rahasianya itu. Ia dan ibunya berusaha untuk menghilangkan jejak yang menghubungkan mereka dengan si mafia itu. Sia berusaha menganggap bahwa ia tidak memiliki seorang ayah selama hidupnya. Orang yang seharusnya menjadi tulang punggung dan penopang keluarga justru malah menjadi orang yang mengerikan bagi Sia. Mark Anthony bukanlah seorang ayah bagi Sia.
Sebelum masalah itu menghampiri keluarganya, Sia hidup bahagia bersama kedua orang tuanya. Semuanya berawal dari kebangkrutan perusahaan tempat Mark bekerja. Sebagian besar karyawan, termasuk Mark di PHK oleh pemilik perusahaan. Awalnya mereka masih bisa mencukupi kebutuhan hidup dengan uang pesangon yang diterima oleh Mark. Namun, semakin lama uang tersebut habis dan keluarga Sia tidak memiliki pemasukan. Ketika itu, kehidupan Sia menjadi serba kekurangan sehingga menyebabkan Mark pergi kesana kemari melamar pekerjaan. Hingga pada suatu hari, Mark pulang dengan membawa segepok uang yang jumlahnya sangat luar biasa. Mark menjelaskan bahwa uang tersebut adalah bonus yang ia dapat dari pekerjaan barunya.
Namun, lambat laun kecurigaan itu muncul juga. Mark sering tidak pulang ke rumah dengan alasan pekerjaan. Mark juga sering mabuk-mabukan. Kadang juga bertindak kasar kepada Sia dan ibunya. Hal itulah yang menjadi ketakutan pertama yang dialami oleh Sia.
Sampai hari itupun tiba. Hari dimana Sia mengetahui bahwa pekerjaan ayahnya selama ini adalah menjadi pengedar narkoba terbesar di negaranya. Sia sangat terpukul akan kenyataan tersebut. Yang lebih parahnya lagi adalah ketika Mark dibawa oleh polisi. Mark tidak mengucapkan permintaan maaf apapun kepada Sia dan ibunya. Mark malah berkata bahwa Sia harus meneruskan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Mark.
Sejak saat itu, Sia sangat membenci orang yang bernama Mark Anthony itu. Sia telah menganggap bahwa ia tidak memiliki seorang ayah. Ayahnya telah membawa neraka bagi kehidupan keluarganya.
Segala rahasia yang ia simpan rapat-rapat itu, tidak pernah ada yang mengetahuinya hingga pada hari ini. Rahasianya telah terbongkar. Tak tanggung-tanggung, satu kampus telah mengetahui bahwa ia adalah putri dari mafia kelas kakap di negeri ini.
Semua orang yang menyadari kehadiran Sia mulai berteriak menyoraki Sia. "Hei, itu dia orangnya. Orang yang selama ini kita anggap sebagai bidadari, ternyata adalah putri dari seorang iblis yang telah mencemari nama negara ini. Hei bidadari palsu, ternyata inilah identitas aslimu. Kau berpura-pura baik kepada semua orang untuk menutupi wajahmu yang sebenarnya, hah? Hebat sekali kau," ucap Renata, mahasiswa yang paling tidak suka dengan keberadaan Sia, karena telah menyaingi popularitasnya di kampus ini.
"Hei teman-teman bagaimana jika dia memang benar telah menuruni bakat ayahnya? Bagaimana jika dia telah mengedarkan narkoba? Ohh, tunggu dulu. Bagaimana jika dia juga seorang pembunuh bayaran? Aku berkata seperti ini karena kemarin aku melihatnya bersama dengan Kevin Hoffman. Sepertinya mereka sedang membicarakan target mereka bulan ini. Asal kalian tahu, mereka mengobrol di tempat yang sepi dan secara bisik-bisik pada hari itu," ucap Renata yang berusaha menanamkan benih kebencian.
Dan dengan ucapan itu, dapat dipastikan bahwa hidup Sia menjadi tidak tenang. Sia pun menjadi orang yang diolok-olok di kampus tersebut. Sia menduga bahwa dalang dibalik semua ini adalah Kevin dan Renata.
Kevin, orang yang tiba-tiba datang dengan tak diundang. Dan Renata, orang yang selama ini selalu membenci dan menghinanya.

~~
Sabtu ini, Sia berkunjung ke rumah Alexa. Saat Sia datang, ibunya Alexa mengatakan bahwa Alexa sedang mandi. Oleh karena itu, ibunya menyuruh Sia untuk langsung naik ke kamar Alexa. Saat sedang melihat barang-barang Alexa, Sia menemukan sebuah buku kecil yang berada di atas laci milik Alexa. Sia penasaran, sehingga ia membuka buku tersebut. Namun sebuah pukulan telak telah menimpa Sia. Dalam buku tersebut Alexa menuliskan kata-kata yang sangat menghancurkan hati Sia. Kau, Sia Quinnley. Hancurlah sedalam-dalamnya. Kau telah merebut Dimitri dariku. Maka rasakanlah pembalasanku itu. Aku sangat, sangat, sangat membencimu. Kau telah menghianatiku. Aku menyukai Dimitri dari kecil walaupun dia adalah sepupuku. Tetapi, kau dengan kejamnya merebutnya dariku. Apa salahku padamu? Mengapa kau sejahat ini kepadaku? Sekarang, rasakanlah pembalasan yang telah aku lakukan padamu. Rasa malu karena mempunyai ayah seorang mafia akan terus membuntutimu selamanya.
Ya Tuhan, dosa apa lagi yang telah Sia lakukan sehingga sahabat yang dicintainya selama ini malah menusuknya dari belakang. Sia benar-benar tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi padanya. Mengapa harus Alexa? Mengapa Alexa bisa melakukan hal serendah ini?
Saat Sia sedang berusaha menyangkal kebenaran itu, Alexa keluar dari kamar mandinya. "Oh hai, kau datang kemari ya?" ucap Sia sambil mengeringkan rambutnya.
"Alexa..." ucap Sia sambil menahan air matanya.
"Ya Tuhan!! Kau sudah membukanya?" Beberapa saat setelah itu, raut Alexa berubah menjadi kejam, "Hahahaha, bagaimana rasanya Sia? Sakit bukan? Itulah yang kurasakan saat kau mengambil Dimitri dariku. Sekarang kau telah merasakan penghianatan yang setimpal,"
"Tapi dia adalah sepupumu. Bagaimana bisa kau mencintainya?" tukas Sia.
"Memang kenapa kalau aku mencintainya? Kau tahu sendiri cinta tidak bisa dipaksakan. Oleh karena itu, aku membencimu karena telah merebutnya dariku!" ucap Alexa berapi-api.
"Demi Tuhan Alexa, dia adalah sepupumu. Kau tidak boleh memiliki perasaan seperti itu kepada Dimitri. Lagi pula, mengapa kau tidak pernah mengatakannya padaku" balas Sia.
"Dan mengemis padamu untuk menyerahkan Dimitri padaku? Hah, aku tidak sudi melakukan itu. Sekarang kau telah mengetahui segalanya, pergilah dari sini. Kita - sudah - selesai," balas Alexa mengucapkan kalimat terakhir dengan penuh penekanan.
“Tapi Alexa, kau…”
“Aku bilang keluar dari kamarku sekarang juga. Kau dan aku bukan apa-apa lagi sekarang.”
Dan mulai hari itu, mereka benar-benar sudah selesai.

~~
Namun, sebuah kejadian telah merubah segalanya. Saat diadakan acara liburan di Bali, kapal perahu yang ditumpangi Sia dan teman-temannya untuk menyebrang menuju ke Pulau Penyu mengalami masalah. Sia berusaha untuk menyelamatkan temannya yang tercebur ke laut, termasuk Alexa.
Karena kejadian itu, Alexa sadar bahwa walaupun ia telah menyakiti hati Sia. Sia tetap mau menolongnya di waktu kesusahan. Sia tetap datang sebagai malaikat penolongnya. Maka dari itu, dengan menyingkirkan segala rasa malunya, Alexa meminta maaf mepada Sia. Namun, apa daya nasi telah menjadi bubur. Hati Sia terlanjur sakit terlalu dalam karena penghianatan itu. Kni, Alexa hanya bisa menyesali semua kebodohan yang telah ia lakukan kepada sahabat terbaik yang pernah ia miliki.



Risma Ayuk I

Post a Comment for "Cerpen : Tak Selamanya Putih Itu Suci"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel