Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok (GNB) / Non Align Movement (NAM)
2.1 Gerakan Non Blok (GNB) / Non Align Movement (NAM)
Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non Align Movement (NAM) adalah suatu gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara yang berusaha menjalankan kebijakan luar negeri yang tidak memihak dan tidak menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur. Gerakan Non Blok merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keanggotaan PBB. Mayoritas negara-negara anggota GNB adalah negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan secara geografis berada di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Setelah
berakhirnya Perang Dunia II, tepatnya di era 1950-an negara–negara di dunia
terpolarisasi dalam dua blok, yaitu Blok Barat di bawah pimpinan Amerika
Serikat dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet. Pada saat itu terjadi
pertarungan yang sangat kuat antara Blok Barat dan Timur, era ini dikenal
sebagai era perang dingin (Cold War) yang berlangsung sejak berakhirnya
PD II hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1989. Pertarungan antara Blok
Barat dan Timur merupakan upaya untuk memperluas sphere of interest dan sphere
of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas
wilayah-wilayah potensial di seluruh dunia.
Dalam
pertarungan perebutan pengaruh ini, negara-negara dunia ketiga (di Asia,
Afrika, Amerika Latin) yang mayoritas sebagai negara yang baru merdeka dilihat
sebagai wilayah yang sangat menarik bagi kedua blok untuk menyebarkan
pengaruhnya. Akibat persaingan kedua blok tersebut, muncul beberapa konflik
terutama di Asia, seperti Perang Korea, dan Perang Vietnam. Dalam kondisi
seperti ini, muncul kesadaran yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga saat
itu untuk tidak terseret dalam persaingan antara kedua blok tersebut.
Indonesia
bisa dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran
organisasi ini. Lahirnya organisasi Gerakan Non Blok dilatar belakangi oleh
kekhawatiran para pemimpin negara-negara dunia ketiga terutama dari Asia dan
Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia saat itu karena adanya persaingan
antara Blok Barat dan Blok Timur.
Dengan
dipelopori oleh lima pemimpin negara Indonesia, India, Pakistan, Burma dan
Srilangka. Terselenggaralah sebuah pertemuan pertama di Kolombo (Srilangka)
pada 28 April-2 Mei 1952, dilanjutkan dengan pertemuan di Istana Bogor pada 29
Desember 1954. Dua konferensi diatas merupakan cikal bakal dari
terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika /KAA di Bandung pada 18 April-25 April
1955 yang dihadiri oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika.
KAA
di Bandung merupakan proses awal lahirnya GNB. Tujuan KAA adalah mengidentifikasi
dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berusaha memformulasikan
kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka tersebut pada tataran
hubungan internasional. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati
kenyataan, dan proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal
adalah Presiden Mesir Ghamal Abdul Naser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana
Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden
Yugoslavia Josep Broz Tito. Kelima tokoh ini kemudian dikenal sebagai para
pendiri GNB.
Adanya
ketegangan dunia yang semakin meningkat akibat persaingan antara Blok Barat dan
Blok Timur, yang dimulai dari pecahnya perang Vietnam, perang Korea, dan
puncaknya krisis teluk Babi di Kuba, yang hampir saja memicu Perang Dunia III,
mendorong para pemimpin negara-negara Dunia Ketiga untuk membentuk sebuah
organisasi yang diharapkan bisa berperan mengurangi ketegangan politik dunia
internasional saat itu. Pembentukan organisasi Gerakan Non Blok dicanangkan
dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd, Yugoslavia 1-6 September
1961 yang dihadiri oleh 25 negara dari Asia dan Afrika. Dalam KTT I tersebut,
negara-negara pendiri GNB berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan
suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam
membangun upaya kerjasama diantara mereka. Pada KTT I ini juga ditegaskan bahwa
GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi
untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan
kepentingan negara-negara anggotanya.
GNB
menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia
sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang
diselenggararakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi
prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting
Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Tujuan GNB mencakup dua hal, yaitu
tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan kedalam yaitu mengusahakan kemajuan dan
pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara
maju. Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan
Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut, negera-negara Non Blok menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT). Pokok pembicaraan utama adalah membahas persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan tujuan Non Blok dan ikut mencari solusi terbaik terhadap
peristiwaperistiwa internasional yang membahayakan perdamaian dan keamanan
dunia.
Dalam
perjalanan sejarahnya sejak KTT I di Beograd tahun 1961, Gerakan Non Blok telah
16 kali menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi, yang terakhir KTT XVI yang
berlangsung di Teheran pada Agustus 2012. Indonesia sebagai salah satu pendiri
GNB pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT GNB yang ke X pada tahun
1992. KTT X ini diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada September 1992 – 7
September 1992, dipimpin oleh Soeharto. KTT ini menghasilkan “Pesan Jakarta”
yang mengungkapkan sikap GNB tentang berbagai masalah, seperti hak azasi
manusia, demokrasi dan kerjasama utara selatan dalam era pasca perang dingin.
KTT ini dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini juga
dihadiri oleh Sekjen PBB Boutros Boutros Ghali.
Post a Comment for "Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok (GNB) / Non Align Movement (NAM)"
Post a Comment