Ringkasan Materi Tentang Ma'rifatullah (Mengenal Allah)


· Dengan mengenal Allah, kita akan mengenal diri. Siapakah kita? Bagaimana kedudukan dita dibanding makhluk yang lain? Apakah sama misi kita dengan hewan? Apakah tanggung jawab kitta dan kemanakah akhir hidup kita? Semua akan terjawab jika kita mengenal Allah sebagai Rabb dan Ilah yang maha pencipta, yang menghidupkan dst. 

· Dengan mengenal Allah kita akan menemukan banyak keuntungan di dunia dan di akhirat, mendapat banyak kebaikan dan menambah iman dan takwa. 

· Apabila Al Quran menggunakan sighah amar (perintah) maka wajib bagi kita menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini mengetahui atau mengenali Allah adalah wajib. 

Ø Q.47:19. Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan Yang Haq melainkan Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perumpuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu. 

Fokus utama : Allah sebagai Rabb, yaitu Allah sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa. Sedangkan Allah sebagai Illah yaitu, Allah-lah yang paling dicintai, ditakuti, dan sebagai sumber pengharapan. Setelah mampu menghayati makna ketuhanan sebenarnya, dengan mengenal Allah sebagai Rabb maka individu akan kembali pada fitrahnyayang mengakui Allah sebagai Rabb, dengan demikianberikutnya akan mudah memahami Allah sebagai Malik dan Ilah. 

Dalil-dalil yang memperkuat ma’rifatullah
ü Dengan dalil aqli yang sangat kuat, yang berasal dari Al quran maka wujud Allah dapat dibuktikan melalui pendekatan akal atau rasional. Misal, beberapa ayat Al Quran yang memberikan suatu isyarat tentang rasionalitas keberadaan Allah yang lalu diamati dan ditelliti oleh manusia sehingga dengan berfikir dan membuka hati manusia akan sadar bahwa semuanya telah diatur, diciptakan, diberi kedudukan dan diberi amanah oleh Dzat segala maha. Dan dengan itulah sepatutnya kita mengenal dzat yang menciptakan kita.

ü Dengan banyaknya dalil naqli dalam Al Quran dan hadist, yang menggammbarkan bagaimana keagungan Allah.

ü Banyak ayat Al Quran tentang fenomena alam diakhiri dengan kalimat tanya, “Tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu melihat, tidakkah kamu mendengar”

Mengenal Allah dapat menghasilkan peningkatan iman dan takwa serta mendapat ketenangan, ketentraman, keridhoan, bebas dari tuntutan hawa nafsu yang membelenggu karna punya tempat bergantung dan mendapat jannahNya.

Cara menuju ma’rifatullah

Dengan mentadabburi ayat-ayat terang dan jelas sebagai satu pernyataan dari Allah (ayat qauliyah). Selain dengan firmanNya, ada juga ayat-ayat kauniyah sebagai bukti ciptaan Allah yang menjadi bahan berfikir manusia terhadap suatu kejadian alam. Dari dua jalan ini islam mengajak manusia untuk menggunakan akal dan naql untuk menuju marifatullah, kedua metode ini akan melahirkan keyakinan dan mencetuskan pembenaran (tasdiq) dan membuahkan keimanan yang mantap. Dan ada manusia yang mmenggunakan metode jahiliyah yaitu menggunakan hipotesa dan hawa nafsunya untuk mengenal Allah yang dengan demikian tidak akan tercapai tujuannya, atau hanya akan berujung pada keraguan dan ketidakpastian.

Penghalang dalam mengenal Allah

Setiap halangan dalam mengenal Allah muncul pada diri manusia sendiri,walaupun hasil godaan dari iblis dan pengikutnya. Halangan ini muncul dalam bentuk sifa-sifat yang kontradiksi.

1. Berawal dari penyakit syahwat seperti; fasiq, takabur,zhalim dan dusta. Penyakit syahwat ini terfokus pada pelampiasan hawa nafsu yang tidak terkendali.

2. Diawali dari salah paham atau subhat kepada islam dan Allah seperti jahil, ragu-ragu dan menyimpang, kelalaian.

Penghalang mengenal Allah akan mengakibatkan dimurkai Allah, khhususnya yang karna penyakit syahwat, untuk mengatasinya perlu dilakukan mujahadah (bersungguh-sungguh), kesungguhan untuk menjauhkan diri dari syahwat merupakan jihad tersendiri, begitupun jika bertaubat harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Manakala penghalang marifatullah diakibatkan oleh penyakit syubhat maka perlu diatasi dengan keilmuan.

Eksistensi Allah :

· Dalil fitrah (dalil yang lahir dan bersifat fitrah, ada semenjak manusia lahir):
(Q.7:127,29:61,43:9,75:14-15)
 
· Dalil indera (dalil yang dapat dinikmati, dilihat, dirassakan atau disentuh oleh indera):
(Q.54:1,17:1,8:9,3:125,36:37-40)
 
· Dalil aqli : (Q.41:53,27:88,87:1-4)
 
· Dalil naqli: (Q.4:82,17:88,30:1-3,15:9,47:4)
 
· Dalil sejarah (dalil kekuasaan an keagungan Allah diambil dari pristiwa yang telah terjadi di muka
bumi): (Q.3:137,7:176,12:111,11:120)

Berangkat dari rububiyahtullah maka mengakui Allah sebagai kholiq, roziq, dan mallik, kemudian Allah sebagai penguasa sifatnya mutlak, yaitu Allah sebagai waliyan (pelindung), hakim,dan Amir. Oleh karna itu selanjutnya, Allah harus menjadi tujuan yang harus menjadi orientasi hidup setiap insan dan yang sepantas nya disembah.

Tauhid ibadah adalah mengesakan Allah dalam ibadah (penghambaan), akan terjadi apabila tauhidullah telah tercapai. Tauhidul ibadah juga sama dengan ikhlasul ibadah (memurdikan ibadah) hanya untuk Allah saja. Dan tauhidullah dan ikhlasul ibadah baru akan tercapai apabila dilakukan dengan dua sayap nya, yaitu:

§ Menolak thaghut
Arti secara bahasa yaitu melampaui batas, menurut Ibnu Taimiah adalah segala sesuatu yang disikapi sebagaimana sikapnya pada Allah, baik berupa jin, manusia, manusia, maupun makhluk lainnya. Penolakan terhadap thaghut harus dilakukan secara preventif-antisipatif agar setiap muslim tidak terlibat kemusyrikan kecil maupun samar. Diantara ciri orang bertaqwa adalah menjauhi thaghut, (QS.Az-Zumar: 17) dan hadist: Rasulullah SAW. Mengatakan bahwa kemusyrikan itu lebih tersembunyi dibanding bekas tapak kaki seekor semut hitam di atas batu karang hitam di kegelapan malam. (HR. Ahmad)

§ Iman kepada Allah

Diatas penolakannya terhadap thaghut, manuusia juga harus membangun keimanannya pada Allah. Karna apabila hanya menolak tuhan-tuhan tpi tak percaya pada tuhan yang satu, pada saat itu ia disebut atheis. Bahkan sebenarnya ia telah mempertuhankan dirinya sendiri (thagha), firman Allah : “ sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, ia memandang dirinya serba cukup”. (Al-Alaq: 6-7). Iman pada Allah diwujudkan dalam bentuk ibadah, dan mengabdi hanya pada 

Allah(Q.16:36), sampai tercapai kemurnian ibadah(Q.98:5)
Bahaya syirik, thaghut (segala yang melampai batas dan disembah selain Allah) itu banyak jenisnya. Al-Quran menyebut beberapa hal secara tekstual maupun kontekstual disebut sebagai thaghut, diantaranya menngikuti:
1. Setan (Q.36:60)
2. Penguasa yang sesat (Q.5:44,45,47; 79:17)
3. Hukum jahiliyah (Q.4:60 ; 5:50)
4. Sihir/dukun (Q.72:6; 2:102)
5. Berhala (Q.4:117; 14:35-36)

Inilah kemusyrikan yang Al-Quran sebut sebagai:
§ Kezhaliman yang besar (Q.31:13) § Tak diampuni (Q.4:48,116)
§ Dosa besar (Q.4:48)
§ Kesesatan yang jauh (Q.4:60,116) § Haram masuk surga (Q.5:72)
§ Maruk neraka (Q.5:72)
§ Menghapus amal (Q.39:65; 6:88)

 Kita harus mentauhidkan Allah dalam hal:
1. Asma dan sifat, yakin bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat- sifat yang sempurna.
2. Rububiyah
3. Uluhiyah

Dengan demikian, ketika mengikrarkan laa ilaaha illallah seseorang benar-benar yakin tiada tuhan kecuali Allah, tidak ada yang dicintai dan dituju kecuali Allah, raja yang ditaati dan disembah. Bila demikian yang diyakini seseorang maka pada saat itulah ia merasakan kehidupan yang baik yang Allah janjikan pada orang-orang beriman dan beramal soleh.

Makna-makna laa ilaaha illallah:
Ø Tidak ada pencipta yang sebenarnya kecuali Allah(Q.25:2)
Ø Tidak ada pemberi rizki yang sebenarnya kecuali Allah (Q.51:57-58)
Ø Tidak ada pemilik yang sebenarnya kecuali Allah (Q.4:131-132; 2:284; 62:1; 36:83; 67:1; 3:189) 
Ø Tidak ada yang berhak memebuat hukum kecuali Allah (Q.12:40; 6:144; 33:36; 28:68; 45:18;
42:20; 6:137)
Ø Tidak ada memberi perintah kecuali Allah (Q.7:54)
Ø Tidak ada memimpin(melindungi) kecuali Allah(Q.2:257) Ø Tidak ada dicintai kecuali Allah (Q.2:165)
Ø Tidak ada yang ditakuti kecuali Allah (Q.2:40; 9:18)
Ø Tidak ada yang diharapkan kecuali Allah (Q.94:8; 18:110)

Tidak ada yang memberi manfaat maupun mudharat kecuali Allah (Q.6:17) Ø Tidak ada yang menghidupkan maupun mematikan kecuali Allah (Q.2:258) Ø Tidak ada yang mengabulkan doa kecuali Allah (Q.2:186; 40:60)
Ø Tidak ada yang dimintai perlindungan kecuali Allah (Q.16:98; 72:6)
Ø Tidak ada yang memberi jaminan kecuali Allah (Q.3:159; 9:52; 6:17)
Ø Tidak ada diagungkan kecuali Allah
Ø Tidak ada yang dimintai tempat pertolongan kecuali Allah (Q.1:5)

Dorongan cinta dibagi 2:
1. Cinta syar’i, yaitu lahir karna iman
2. Cinta tidak syar’i, yaitu lahir karena nafsu. Islam memandang bahwa nafsu itu sifatnya fithri sehingga islam tidak mematikannya. Karna dorongan cinta tersebut dapat dimanfaatkan untuk hal-hal positif dan produktif apabila dikendalikan dengan arif.

Tanda cinta:
ü Banyak menyebut (Q.8:2) ü Kagum (Q.1:1)
ü Rela (Q.9:61,62)
ü Berkorban (2:207)
ü Cemas (Q.21:90)
ü Berharap (Q.21:90)
ü Menaati (Q.4:80)


Tingkatan cinta
Konsekuensi cinta
 
v Mencintai siapa yang dicintai sang kekasih, bila kita mencintai Allah maka kita wajib
mencintai makhluk yang dicintai Allah yaitu para malaikat, nabi dan rasul, para shiddiqun, syuhada, dan sholihiin.

v Mencintai apa yang dicintai sang kekasih
ntu itu kita harus bersikap wala, yaitu orang yang mencintai Allah sudah tentu mencintai apa dan siapa saja yang memiliki hubungan wala tersebut (cinta, loyalitas, solidaritas,kepemimpinan, perlindungan, keberpihakan, pembelaan, ketaatan dan sejenisnya)

v Membenci siapa saja yang dibenci kekasih, dalam hal ini adalah yang Allah benci (setan dari kalangan jin dan manusia)

v Membenci apa saja yang dibenci yang kekasih, dalam hal ini adalah yang Allah benci
(kemungkaran, kezhalliman, kemaksiatan dst.)
Kita harus bersikap bara’ dalam menyikapinya, yaitu berlepas diri dan tidak berpihak kepada siapa dan apa saja yang dibenci Allah.

Berdasarkan sikap yang diberikan makhluk pada khaliknya, manusia diklasifikasikan menjadi 2 kelompok:

1. Mukmin, adalah orang beriman kepada Allah dan rukun-rukun iman lainnya. Keimanannya itu akan menjadikannya selalu merasakan pengawasan Allah. Dan dia selalu mentaati Allah sehingga kualitas keimanannya bertambah, dan karna itu lah ia mendapat syarat untuk mendapat kesertaan Allah yang lebih spesifik. Yaitu dukunganNya, dan dengan dukunganNya itu orang beriman akan mendapat kemenangan dan keberuntungan.

2. Kafir, orang kafir menyikapi nikmat Allah dengan kekufuran. Karna itu Allah tidak memberi dukungan, sehigga ia akanmendapat kerugian, kepahitan dan kekalahan. Kalaupun di dunia ia mendapat kemenangan, itu hanya sebagai istidraj (penundaan), maksudnya Allah mengulur pembalasanNya.
Ø “ kalau Allah menolongmu maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tapi bila Allah membiarkanmu (tidak menolongmu) maka sipa yang dapat menolongmu selain Allah?” (Ali Imran:160), (QS. Az-Zumar:63)
Lakukan yang terbaik
Orang yang lurus aqidahnya dan bersih jiwanya selalu merasakan adanya muraqabatullah (pengawasan Allah) dan selalu merasakan nikmat-nikmat yang diberikan padanya. Maka ini membuatnya selalu berusaha mengatur niat nya menjadi lebih baik.
Ø “ Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu.”(Al-Qashash:77)
Jika ia berhasil perbaiki niat nya, maka bentuk balasan Allah berupa: cinta dari Allah, pahala dari Allah, dan pertolongn dari Allah.

Dilihat dari jalan untuk mendapatkannya, ilmu Allah itu dapat diketahui melalui 2 cara, yaitu:
1. Khusus, diperoleh melalui jalur formal, yaitu adalah wahyu yang diturunkan kepada para nabi dan rasul.
2. Umum, melalui jalur non formal yang Allah berikan melalui ilham. Cara ini harus menemukan sendiri yang disebut aspirasi maupun ispirasi dalam bahasa arab disebut ilham.

Post a Comment for "Ringkasan Materi Tentang Ma'rifatullah (Mengenal Allah)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel