Makalah Konferensi Asia Afrika (KAA) Lengkap
KONFERENSI ASIA
AFRIKA
A.
LATAR BELAKANG
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti
berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta
perdamaian dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di
belahan bumi Asia Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang
mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang
terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua
blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok
Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur
dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia
dan Afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya
dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok
itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan
"perang dingin".
Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya
penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang
sebelum tahun 1945, pada umumnya benua Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan
bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak daerah di
Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula yang masih berjuang bagi
kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di
wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika.
Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi
masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India
dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang Palestina. Sebagian
bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi, karena tanah air mereka diduduki
secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia
Afrika, sedang dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan
senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri
dibeberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi konflik
antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik devide et
impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah
dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan
tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah
ini, sebagaian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah
yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
B.
LAHIRNYA IDE
KONFERENSI
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang
disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada
tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan "Kerja sama dalam golongan
negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami yakin,
bahwa kerja sama erat antara negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat
usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Kerja sama antara
negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan
dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan
(regional arrangements). Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang
mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan
internasional, jadi mempunyai dasar sama (commonground) untuk mengadakan
golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama tersebut akan kami lanjutkan
dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut mencerminkan ide dan kehendak
Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama di antara negara¬negara Asia
Afrika.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John
Kotelawala mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal
Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan
maksud mengadakan suatu pertemuan infor¬mal di negaranya. Undangan tersebut
diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang diundang. Pertemuan
yang kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April
sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang
menjadi kepentingan bersama.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya
pertanyaan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia "Where do we stand now, we the peoples
ofAsia, in this world of ours to day?" ("Dimana sekarang kita berdiri,
bangsa Asia sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?"). kemudian
pertanyaan itu dijawab sendiri dengan menyatakan "We have now indeed
arrived at the cross-roads of the history of mankind. It is therefore that we
Prime Ministers of five Asian countries are meeting here to discuss those
crucial problems of the peoples we represent. There are the very problems which
urge Indonesia to propose that another conference be convened wider in scope,
between the African andAsian nations. Iam convinced that the problems are not
only convened to the Asian countries represented here but also are of equal
importance to the African and other Asian countries". ("Kita sekarang
berada dipersimpangan jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita lima
Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu di sini untuk membicarakan
masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita
wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk
mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan
Asia. Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak hanya terjadi di
negara-negara Asia yang terwakili di sini, tetapi juga sama pentingnya bagi
negara-negara di Afrika dan Asia lainnya")
Pernyataan tersebut memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia
Afrika. Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika
diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu
akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun masih dalam suasana
keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi
urndangan Perdana Menterl Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan
Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas
Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika yang
dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di
Tugu (Bogor) pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo,
dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak
untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar
Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya
mengadakan konferensi semacam itu.
C. SEJARAH
KONFERENSI ASIA AFRIKA
Berakhirnya
Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945,tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan
keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama dibelahan bumi Asia
Afrika,masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan
yang terus berlangsung,bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah
Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
Masalah-masalah
tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan
secara ideology maupun kepentingan,yaitu Blok Barat dan Blok Timur.Blok Barat
dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet.
Tiap-tiap Blok berusaha menarik negara-negara Asia dan afrika agar menjadi
pendukung mereka.Hal ini mengakibatnkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya
suasana permusuhan yang terselubung diantara dua Blok itu dan pendukungnya.
Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan nama “Perang Dingin”.
Timbulnya
pergolakan didunia disebabkan pula masih adanya penjajahan di bumi kita ini,
terutama di belahan Asia dan Afrika.Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya
dunia Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk.
Tetapi sejak tahun 1945, banyak di daerah Asia Afrika menjadi negara merdeka
dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka
seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo
Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yang telah
merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan
seperti Indonesia tentang Irian Barat , India dan Pakistan terpaksa mengungsi,
karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang di Bantu
oleh amerika Serikat.
Walaupun
pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang berfungsi menangani masalah-masalah dunia, namun nyatanya badan ini
belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut.Sedangakan kenyataannya,
akibtan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagian besar diderita oleh
bangsa-bangsa di Asia Afrika Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya
gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
D. MAKNA
LAMBANG KONFERENSI ASIA-AFRIKA
Makna lambang konferensi asia afrika is
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KTT Asia-Afrika ; kadang disebut
Konferensi Bandung) sebuah konferensi tingkat tinggi antara negara-negara Asia
Makna Dibalik Lambang -MONSTER ENERGY-Seri The Arrivals; Sejarah Pembodohan Dan
Ikhwanul Muslimin Digunakan CIA Untuk Memata-Matai Konferensi Asia-Afrika Tutor
Mengganti Gambar Slide; Makna lambang YPDM Pasundan; Sambutan Kesenian Sunda
Konferensi Asia - Afrika; Sekolah Pasundan Adakan "Try Out" Tutor
Mengganti Gambar Slide; Makna lambang YPDM Pasundan; Sambutan Kesenian Sunda
Konferensi Asia - Afrika; Sekolah Pasundan Adakan "Try Out" Tutor
Mengganti Gambar Slide; Makna lambang YPDM Pasundan; Sambutan Kesenian Sunda
Konferensi Asia - Afrika; Sekolah Pasundan Adakan "Try Out"
Makna
lambang konferensi asia afrika Lambang negara Indonesia Garuda Pancasila
kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja Lambang negara-negara
Asia; Negara berdaulat Service handguns South Africa: Yavuz 16 Compact: Service
pistol Turkey: Glock pistols Law coercion Asia Konferensi Lambeth
persidangan-persidangan periodik termasuk 8 primata ( Brasil, Kanada, Afrika
Aotearoa, Selandia Baru Polinesia • Asia Lambang Kota Bandung: 240px Peta
lokasi Kota Bandung: Motto: Gemah Ripah Wibawa Mukti Gedung Merdéka, wangunan
historis tempat lumangsungna Konferénsi Asia Afrika taun 1955. makna lambang
konferensi asia afrika. sehubungan hal tersebut memberikan makna Tahun 1953
tanggal 8 Juni 1953 tentang Lambang Kota Konferensi Asia-Afrika 1955 Konferensi
Islam Asia-Afrika
E.
PESERTA DAN WAKTU KONFERENSI
Negara-negara
yang diundang disetujui berjumlah 25 negara.yaitu : Afganistan, Kamboja,
Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia,
Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia,
Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang thai),
Turki, Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara), Vietnam Selatan, dan Yaman .
Waktu Konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1995.
Mengingat
Negara-negara yang akan diundang mempunyai politik luar negeri serta system
politik dan social yang berbeda-beda.Konferensi Bogor menentukan bahwa menerima
undangan untuk turut dalam konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa Negara
peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya mengenai
status dari negara-negara lain.Konferensi menjunjung tinggi pula asas bahwa
bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali-sekali tidak akan
dapat dicampuri oleh negara lain.Maksud utama konferensi ialah supaya negara-negara
peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-masing
Konferensi
Asia Afrika bersidang di Bandung dari tanggal 18 sampai 24 April 1955, atas
undangan dari para Perdana Menteri Birma, Srilanka , India , Indonesia , dan
Pakistan . Kecuali negara-negara sponsor, konferensi ini juga dihadiri oleh 24
negara sebagai berikut:
Konferensi
Asia Afrika membicarakan masalah-masalah yang menjadi perhatian dan kepentingan
bersama negara-negara Asia dan Afrika dan membahas cara-cara dan upaya-upaya
agar rakyat mereka dapat mencapai kerjasama ekonomi , kebudayaan, dan politik
yang lebih erat.
Konferensi
Asia Afrika menyatakan keyakinannya, bahwa kerukunan kerjasama yang sesuai
dengan prinsip-prinsip tersebut akan memberikan sumbangan yang berhasilguna
bagi pemeliharaan dan peningkatan perdamaian dan keamanan internasional, sedang
bekerjasama dibidang ekonomi, sosial dan kebudayaan akan membantu terciptanya
kesejahteraan dan kemakmuran semua.
Konferensi
Asia Afrika menganjurkan agar kelima negara sponsor memikirkan penyelenggaraan
konferensi berikutnya, setelah berkonsultasi dengan negara-negara peserta.
F.
USAHA – USAHA
PERSIAPAN KONFERENSI
Di atas telah diungkapkan
bahwa Konferensi Kolombo menugaskan Indonesia agar menjejaki kemungkinan untuk
diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu
Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran diplomatik kepada 18
negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat
negara-negara tersebut terhadap ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam
pendekatan tersebut dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu ialah untuk
membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika pada saat itu,
mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai
tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi menyambut
baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya, walaupun
dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda.
Pada tanggal 18 Agustus
1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, melalui suratnya,
mengingatkan Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia
dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu
masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan.
Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25 September
1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi semacam itu,
seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan Perdana Menteri
Indonesia. "The prime Ministers discussed also the proposal to have a
conference of representatives of Asian and African countries and were agreed
that a conference of this kind was desirable and world be helpful in promoting
the cause of peace and a common approach to these problems. It should be held
at an early date".
("Para Perdana Menteri
telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang mewakili
negara-negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat
diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan
bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan
selekas mungkin").Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri
Birma U Nu pada tanggal 28 September 1954.
Dengan demikian, maka
usaha-usaha penyelidikan atas kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia
Afrika dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah
mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu.Atas undangan Perdana Menteri
Indonesia, para Perdana Menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka,
India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan konferensi di Bogor pada tanggal 28
dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara.
Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia
Afrika.Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia
Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta
konferensi tersebut menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara
peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
G.
TUJUAN KONFERENSI
Konferensi Bogor
menghasilkan 4 (empat) tujuan pokok Konferensi Asia Afrika, yaitu
a. Untuk memajukan
goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan
Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka, baik
yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan
persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik;
b. Untuk
mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi,
dan kebudayaan negara yang diwakili;
c. Untuk
mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia
dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan tentang
masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme;
d. Untuk meninjau
kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyat¬rakyatnya di dalam dunia dewasa ini
serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan perdamaian serta kerja
sama di dunia.
H.
STRUKTUR ORGANISASI
PELAKSANA KONFERENSI
Dalam persiapan pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika, Indonesia membentuk sekretariat konferensi yang
diwakili oleh negara-negara penyelenggara.
Guna mewujudkan keputusan-keputusan
Konferensi Bogor, segera dibentuk Sekretariat Bersama (Joint Secretariat) oleh
lima negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi ketua badan itu,
dan 4 (empat) negara lainnya diwakili oleh Kepala¬kepala Perwakilan mereka
masing-masing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M. Saravanamuttu dari
Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan.
Di dalam Sekretariat Bersama itu terdapat 10 (sepuluh) orang staf yang
melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri atas 2 (dua) orang dari Birma,
seorang dari Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat) orang dari
Indonesia, dan seorang dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite
terdiri atas Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite Kebudayaan.
Selain itu, ada pula panitia yang menangani bidang¬bidang : keuangan,
perlengkapan, dan pers.
Pemerintah Indonesia sendiri
pada tanggal 11 Januari 1955 membentuk Panitia Interdepartemental
(Interdepartemental Committee) yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal
SekretariatBersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari
berbagai departemen guna membantu persiapan-persiapan konferensi itu. Di
Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local
Committee) pada tanggal 3 Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata,
Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani
soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transport, kesehatan,
komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.
I.
DIAGRAM KONFERENSI
Pemerintah I 25 Negara
Peserta I
Republik Indonesia
I Sekretaris
Bersama I
I Protokol
I
Panitia
Interdepartmental Panitia
Lokal di
di Jakarta Bandung
Gedung Concordia dan
Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang konferensi. Hotel
Homann, Hotel Preanger, dan 12 (dua belas) hotel lainnya serta perumahan
perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula sebagai tempat menginap para tamu
yang berjumlah 1300 orang. Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30
taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta
cadangan 175 ton bensin.Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir
di Bandung pada tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan
penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiun
menjadi Gedung Dwi Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia
Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan
konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuan
konferensi.Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika
dikirimkan kepada kepala pemerintahan 25 (dua puluh lima) negara Asia dan
Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak
undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central African Federation), karena
memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya. Sedangkan
24 (dua puluh empat) negara lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada
mulanya ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar delegasi peserta
konferensi tiba di Bandung lewat Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
J.
PELAKSANAAN
KONFERENSI
Pada hari Senin 18 April 1955,
sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung untuk menyambut
pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang
Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos,
penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari
berbagai negara. Sementara para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan
polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Sekitar pukul 08.30 WIB,
para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel
Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan
Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional
masing-masing yang beraneka corak dan wama. Mereka disambut hangat oleh rakyat
yang berderet disepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai
riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger
ini kemudian dikenal dengan nama Langkah Bersejarah (The Bandung Walks).
Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.Tak
lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut
oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu
gerbang Gedung Merdeka kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut
oleh lima Perdana Menteri negara sponsor. Setelah diperdengarkan lagu
kebangsaan Indonesia : "Indonesia Raya", maka Presiden RI Ir.
Soekarno mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "LET A NEW ASIA AND
NEW AFRICA BE BORN" (Lahirlah Asia Baru dan Afrika Baru) pada pukul 10.20
WIB.
Dalam kesempatan tersebut
Presiden RI Ir. Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta konferensi, berasal
dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya,
agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda. Meskipun demikian,
kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat
kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha mempertahankan dan
memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan
"I hope that it will
give evidence of the fact that we, Asian and African leaders, understand that
Asia and Africa can prosper only when they are united, and that even the safety
of the world at large can not be safeguarded without a united Asia-Africa. I
hope that it conference will give guidance to mankind, will point out to
mankind the way which it must take to attain safety and peace. I hope that it
will give evidence that Asia and Africa have been reborn, that a New Asia and
New Africa have been born !"
("Saya berharap
konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin pemimpin Asia
dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera,
apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan
Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan
pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang
harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap,
bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya,
lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!")
Pidato Presiden RI Ir.
Soekarno berhasil menarik perhatian, mempesona, dan mempengaruhi hadirin,
terbukti dengan adanya usul Perdana Menteri India yang didukung oleh semua
peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada Presiden
atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB.,
Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya bersama
rombongan meninggalkan ruangan. Perdana Menteri Indonesia, sebagai pimpinan
sidang sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua Delegasi Mesir
(Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui oleh pimpinan
delegasi-delegasi : Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina, serta karena
tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi Perdana Menteri
Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat
Bersama Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih sebagai Sekretaris Jenderal
Konferensi.
Kelancaran pemilihan
pimpinan konferensi dan acara-acara sidang selanjutnya dimungkinkan oleh adanya
pertemuan informal terlebih dahulu di antara para pimpinan delegasi negara
sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai (16 dan 17 April 1955).
Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan
prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang perlu.
Beberapa kesepakatan itu antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi
ditempuh dengan sesederhana mungkin.
Dalam memutuskan sesuatu
akan ditempuh sistem musyawarah dan mufakat (sistem konsensus) dan untuk
menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan delegasi. Perdana Menteri
Indonesia akan dipilih sebagai ketua konferensi. Sidang konferensi terdiri atas
sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi.
Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan.
Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan
pimpinankonferensi adalah sebagai berikut :
Ketua
Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri
Indonesia
Ketua Komite
Politik Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite
Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno,
Menteri Perekonomian
Indonesia
Ketua Komite
Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin,
Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang
bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam
sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan-perbedaan pandangan politik dan
masalah-masalah yang dihadapi antara negara-negara Asia Afrika muncul ke
permukaan, bahkan sampai pada tahap yang agak panas.Namun berkat sikap yang
bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan
di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan
pertemuan yang berlarut¬larut dapat diakhiri.
Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan
selama satu minggu, maka pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang
direncanakan) tanggal 24 April 1955 Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika
dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh Sekretaris Jenderal Konferensi
rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai hasil konferensi. Sidang Umum
menyetujui seluruh pemyataan tersebut. Kemudian sidang dilanjutkan dengan
pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu,Ketua Konferensi menyampaikan
pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.Dalam
komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika telah
meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika
dan telah merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negara-negara ini dapat
bekerja sama dengan lebih erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang
paling mashur dari hasil konferensi ini ialah apa yang kemudian dinamakan Dasa
Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam
usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesepuluh prinsip itu ialah :
a. Menghormati hak-hak
dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat dalam piagam PBB.
b. Menghormati
kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa.
c. Mengakui persamaan
semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa besar maupun kecil.
d. Tidak melakukan
intervensi atau campur tangan dalam soal¬soal dalam negeri negara lain.
e. Menghormati hak
tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara
kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
f.
Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif
untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari
negara-negara besar. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
g. Tidak melakukan
tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap
integritas teritorial atau kemerdekaan politik sesuatu negara.
h. Memajukan
kepentingan bersama dan kerja sama.
Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasio-nal.
Post a Comment for "Makalah Konferensi Asia Afrika (KAA) Lengkap"
Post a Comment