Resensi Novel : Ayat-Ayat Cinta 2 : TENTANG CINTA DAN PERJUANGAN MEMBUMIKAN ISLAM
Resensi Novel : Ayat-Ayat Cinta 2 : TENTANG CINTA DAN PERJUANGAN MEMBUMIKAN ISLAM - halo sobat anggabays, kali ini saya share artikel tentang resensi buku yang berjudul Ayat-Ayat Cinta 2 : TENTANG CINTA DAN PERJUANGAN MEMBUMIKAN ISLAM.
resensi ini ditulis Oleh : Abdurrahman Al Farid
Identitas Buku :
Judul
: Ayat-Ayat Cinta 2
Penulis
:
Habiburrahman El Shirazy
Penerbit
: Republika
Tebal
: 697
Terbit
: November 2015
ISBN
: 978-602-0822-15-0
“Aku ingin cintaku kepada Aisha
seperti bunga-bunga makrifat di hari para orang-orang saleh (salehin) dan para nabi. Bunga-bunga makrifat yang tumbuh
dari kalimat-kalimat thayibah yang akarnya menghujam ke bumi dan buahnya rimbun
di langit. Bunga-bunga makrifat itu tak pernah layu, selalu mekar sepanjang
musim. Bunga-bunga makrifat itu begitu indah, keindahannya hanya bisa ditangkap
oleh mata batin para pecinta sejati. Bunga-bunga makrifat itu menguapkan aroma
keharuman yang menyegarkan ruh, menyegarkan pikiran, jiwa dan raga. Aku ingin
cintaku kepada Aisha seperti itu, paman.” (hal. 227-228)
Siapa
yang tak ingat dengan kisah cinta Fahri dan Aisha yang fenomenal di Ayat–Ayat
Cinta? Novel yang booming tahun 2004 dan sudah difilmkan pada tahun
2008. Tentunya kita sudah tak asing lagi dengan penulisnya yang sekaligus telah
banyak menulis novel sejenis seperti, Ketika Cinta Bertasbih, Di Atas Sajadah
Cinta, Dalam Mihrab Cinta, Pudarnya Pesona Kleopatra dan yang baru-baru ini
terbit juga yaitu Api Tauhid serta masih banyak lagi. Beliau adalah
Habiburrahman El Shirazy atau sering disapa Kang Abik. Terbitnya Ayat-Ayat
Cinta 2 ini tak hanya membuat penggemar novel Kang Abik kaget, namun juga
seperti bernostalgia kembali dengan cerita fenomenal Fahri dan Aisha 12 tahun
yang lalu. Hadirnya kisah lanjutan Ayat-Ayat Cinta 1 ini sepertinya memberi
jawaban pada para penggemar novel beliau karena memang masih banyak teka-teki
yang belum terjawab di novel pertamanya.
Sebelum
jadi novel, cerita Ayat-Ayat Cinta 2 ini sudah diterbitkan menjadi cerita
bersambung di web Republika setiap hari. Setelah banyak cerita yang diterbitkan
di web, novel ini baru terbit pertama pada bulan november 2015. Dan langsung
bertengger di rak buku top 10 best seller sampai sekarang.
Kali
ini perjalanan Fahri dimulai ketika ia sudah menjadi peneliti tamu dan sebagai
tenaga pengajar pengganti di bidang filologi di University of Edinburgh. Selain
sibuk di University of Edinburgh, ternyata Fahri juga memiliki toko butik AFO
Boutique, mini market Agnina dan Resto halal Agnina. Bisnis tersebut merupakan
bisnis Fahri dan Aisha bersama Ozan (sepupu Aisha). Tapi kini Fahri hidup tanpa
Aisha, Aisha hilang bersama kawan reporternya ketika berkunjung ke Palestina.
Teman reporter Aisha tewas mengenaskan di Palestina, sedang Aisha hilang tanpa
kabar apapun. Walaupun hati Fahri masih sangat tertekan dengan hilangnya Aisha,
tapi ia mencoba menyibukkan diri di akademik sekaligus mengurus bisnisnya.
Hingga ia tenggelam dalam kesibukkannya dan mencoba sedikit demi sedikit
melupakan Aisha.
Fahri
tinggal di kawasan Stoneyhill Grove bersama Paman Hulusi, orang Turki yang
diselamatkan Fahri dan menjadi sopir sekaligus asisten rumah tangganya. Disana
ia bertetangga dengan Nyonya Janet yang memiliki dua anak remaja Keira dan
Jason, ada juga Brenda dan seorang nenek yahudi bernama nenek Catarina. Dengan
memiliki tentangga yang berbeda agama, Fahri sering menemukan tulisan berupa
hinaan terhadap Islam bahwa Islam adalah teroris dan monster. Walau demikian,
Fahri tetap menunjukan adab bertetangga yang baik sesuai ajaran Islam. Bahkan
ia rela membantu apapun kepada tetangganya untuk membuktikan bahwa tuduhan
tersebut salah besar. Seperti : Ia membiayai Jason di sekolah bola agar bisa
menjadi pemain terkenal. Ia juga membiayai sekolah musik biola Keira hingga
menjadi juara dunia, padahal Keira sangat membenci Fahri karena ia beranggapan
Islam adalah Teroris. Fahri pun tak segan-segan membeli kembali rumah nenek
Catarina yang sudah dijual oleh anak tirinya (Baruch). Tak hanya itu, kedermawanan
Fahri juga terlihat ketika ia menolong tuna wisma bernama Sabina untuk tinggal
di rumahnya. Juga membantu semua kebutuhan Misbah, temannya sewaktu di Mesir
yang terkena masalah beasiswa.
Kegalauan
Fahri pun muncul ketika Syaikh Usman, guru talaqqinya sewaktu di Mesir
datang untuk menemui Fahri. Syaikh Usman menasehati Fahri untuk menikah lagi,
dengan menjodohkan Fahri dengan cucunya bernama Yasmin. Sebenarnya Fahri sudah
memikirkan untuk menikah lagi, selain itu juga ada perempuan lain yang memang
di sekitar Fahri dan pantas dijadikan istri. Yaitu Heba, Putri dari Tuan Taher
yang kenal baik dengan Fahri. Juga ada Hulya, adik Ozan atau masih sepupu
Aisha. Dengan kemiripan yang dimiliki Hulya dalam segi postur tubuh, wajah dan
pintar dalam memainkan biola, ia juga pantas menjadi calon istri untuk Fahri.
Di
tengah kegalauannya untuk menikah lagi, ia mendapat masalah dengan Baruch dan
kawannya yang mengajaknya debat tentang amalek dan isu-isu Palestina
serta Islamofobia. Dan akhirnya ia harus disibukkan dengan persiapan debat
tentang materi israel, yahudi dan amalek. Puncaknya ketika Fahri diundang dalam
debat Oxford Debating Union yang membahas tentang isu agama. Pembicara
pertama memaparkan bahwa semua agama itu sama, sedang pembicara kedua memaparkan
isu atheisme dan Fahri memaparkan tentang Islam.
Lalu
bagaimana kelanjutan kisah Fahri? Apakah ia berhasil menemukan Aisha atau harus
menikah lagi? Bagaimana kelanjutan hubungan Fahri dengan tetangga-tetangganya
yang membenci Islam dan apa yang dilakukan Fahri untuk menjadi agen muslim yang
baik? Apakah Fahri bisa tampil sempurna di Oxford Debating Union?
Semuanya
akan anda temukan di novel yang penuh dengan nasehat Islam dan berbobot dakwah
kontemporer ini. Selain dakwah, tentunya novel ini juga akan berkisar tentang
cinta. Bahwa pepatah jodoh tak akan kemana sangat pas untuk novel ini. Dan
seperti novel-novel Kang Abik sebelumnya, cinta yang diceritakan Kang Abik
inilah yang menurut saya merupakan definisi dari cinta sejati. Selain itu,
masih banyak keunggulan lain dari novel ini, berikut ulasannya :
1. Cover
Untuk Cover terlihat sangat pas dengan setting dan latar
cerita yaitu Edinburgh. Gambar cover merupakan bangunan The University of
Edinburgh tempat Fahri mengajar. Walaupun sebenarnya cover tak telalu
berpengaruh bagi para pecinta novel. Namun bagi saya karena cover merupakan
bagian depan novel, maka harus selalu menarik pembaca agar penasaran dengan isi
buku.
2. Tema
Untuk tema yang diangkat oleh Kang Abik pada novel ayat-ayat
cinta 2 ini sangat relevan dengan kondisi umat Islam sekarang. Yaitu Islam
sebagai agama yang damai sekaligus rahmatan lil alamin (rahmat bagi
seluruh alam). Dimana umat Islam ditakuti oleh negara barat dengan isu
terorismenya. Tema ini juga menyambung dengan cerita Fahri, dimana ia tinggal
di negara Eropa (Edinburgh) dan hidup bertoleransi dengan tetangga yang
memiliki agama berbeda, bahkan membenci Islam. Walaupun sebelumnya Kang Abik
pernah mengangkat tema serupa di novelnya Bumi Cinta, namun di Ayat-Ayat Cinta
2 ini semakin berbobot dan relevan dengan keadaan sekarang.
“Jangan mengumpat begitu, paman! Kita belum tahu apa yang
menjadi sebab Keira sampai sedemikian membenci kita. Apakah kita punya salah
kepadanya? Apakah karena informasi tidak benar yang ia terima tentang Islam dan
umat Islam? Kebencian itu tidak perlu kita sikapi dengan kebencian yang sama.
Kita harus tunjukkan dengan bukti yang nyata bahwa kita jauh dari yang dia
sangka.”(hal. 158)
“Dalam catatan sejarah, orang yang masuk Islam karena kelembutan
budi itu jauh lebih banyak dibandingkan karena peperangan. Terbukanya kota
Makkah dan berbondong-bondongnya penduduk masuknya masuk Islam itu karena halus
budinya Rasulullah saw. Tidak ada adu pedang dalam penaklukan kota Mekkah yang
sangat bersejarah tersebut. Itu adalah penaklukan dengan kebesaran jiwa dan
akhlak Rasulullah saw.” (hal. 133)
3. Deskripsi yang Detail
Kang Abik selalu menampilkan penggambaran latar yang
sempurna dalam novel-novelnya. Dan juga pada novel ayat-ayat cinta 2 ini. Penggambaran
detail latar dan setting cerita baik di Edinburgh ataupun ketika di London
sangat apik. Sehingga pembaca seperti dibawa ke tempat dimana cerita sedang
berlangsung.
“Mobil itu memasuki Princes St. Dan bergerak ke barat.
Setelah melewati Prince Mall Shopping Centre belok ke kiri memasuki Waverly
Brigde yang melintasi stasiun Waverley. Mobil itu terus meluncur menuyusuri
Cockburn St., melintasi The Royal Mile, lalu menyusuri A7 menuju selatan.”
(hal.3)
Bahkan Kang Abik pun juga benar-benar serius ketika
mendeskripsikan penampilan Fahri saat akan mengahdiri debat di Oxforn
debating Union.
“Sore itu ia memakai suit atau
jas, lengkap dengan waistcost atau rompi, kemeja double cuff,
kemudian cufflink dan dasi. Untuk celana, ia memakai celana bahan woolblend.
Dan sepatu yang ia pilih adalah jenis sepatu broque.” (hal. 560)
4. Cerita Tokoh Yang Hidup
Disetiap novelnya, Kang Abik selalu membuat tokoh-tokohnya
hidup dan ada dalam kehidupan pembaca. Seperti di novel pertamanya, Fahri
selalu diceritakan detail dan lengkap, walaupun di Ayat-Ayat Cinta 1
menggunakan sudut pandang aku (Fahri) dan di novel ini menggunakan sudut
pandang orang ketiga. Sebagai tokoh utama, Fahri memang ditampilkan sempurna
oleh Kang Abik. Aduhai, adakah sosok seperti fahri di muka bumi ini? Bahkan
terkadang saya berpikir, bahwa Fahri itu tak lain adalah Kang Abik sendiri.
Dan di novel ini saya menemukan sejenis tokoh pembantu namun
keberadaannya dalam cerita sangat mempengaruhi isi cerita. Seperti Seperti
Paman Hulusi yang memainkan tokoh sebagai asisten rumah tangga Fahri, selalu
berbeda sikap dengan Fahri namun dengannya Fahri menjelaskan maksud dari
tindakan-tindakannya. Kemudian Syaikh Usman yang masih mendampingi dan
menguatkan Fahri sebagai gurunya dari Mesir. Sabina, yang diceritakan sebagai
tuna wisma dan akhirnya bisa tinggal di rumah Fahri. Lalu Hulya, sepupu Aisha
dan akhirnya menikah dengan Fahri dan memiliki anak bernama Umar Al Faruq.
Kemudian nenek Catarina, seorang yahudi yang sering dibantu Fahri hingga meninggal.
Ada juga Jason yang dibiayai sekolah bola oleh Fahri dan akhirnya menjadi
pemain sepak bola yang sukses dan masuk Islam. Ada pula Keira yang dibiayai
Fahri di sekolah biola hingga menjadi juara dunia. Yang tak kalah penting
adalah tokoh antagonis dari novel ini yang tak lain adalah Baruch. Seorang
Yahudi yang selalu berselisih dengan Fahri. Dan dari keseluruhan cerita, tokoh
favorit saya bukanlah Fahri, melainkan Sabina. Yang ditampilkan begitu
sederhana, sabar, taat pada agama, dan akhirnya menemukan takdir cintanya.
5. Banyak Unsur Sejarah
Yang juga tak lepas dari kelebihan novel ini adalah
banyaknya unsur sejarah yang dibahas Kang Abik. Bahkan detail-detail kejadian
sejarahnya begitu rapi diceritakan. Misalkan ; sejarah kelompok Yahudi ekstrem
(hal. 107-110), sejarah teh twinings (hal. 160), sejarah london gazete
(hal. 161), sejarah Stirling Castle (hal. 359), sejarah puasa Yahudi Tisha
B’av (hal. 418), sejarah School of Divinity di University of
Edinburgh (hal. 420), dan sejarah PKI (hal. 578). Saya kira unsur sejarah
dalam novel ini bukan hanya pelengkap, namun merupakan unsur yang penting dan
membuat novel ini menjadi sempurna.
6. Dakwah Kontemporer
Yang tentunya tak pernah luput adalah, novel ini bukan hanya
sekadar karya sastra, namun merupakan media dakwah Kang Abik untuk para
pembacanya. Maka banyak sekali kita temui nasehat dan dakwah Islam di
novel-novel beliau. Dan untuk Ayat-Ayat Cinta 2 ini, saya menemukan beberapa
permasalahan Islam kontemporer khususnya fikih yang diulas oleh Kang Abik.
Yaitu ; Sikap ketika imam salah bacaan shalat (hal. 43), menjawab salam kepada
non muslim (hal. 55), Perselisihan hari raya (143), Muslim yang menjual khamer
di negara barat (hal. 166), Muslim miskin yang meminta-minta (hal. 174),
Merebaknya perzinaan (hal. 212), Shalat jama’ ketika di perjalanan (hal. 335),
Transpalantasi organ tubuh (hal. 664), dan yang paling bagus adalah sindiran
untuk kemunduran umat Islam masa kini (hal. 385-390). Berikut kutipannya :
“Al
Islamu mahjuubun bil muslimin. Islam tertutup oleh umat Islam. Cahaya
keindahan Islam tertutupi oleh perilaku buruk umat Islam. Dan perilaku-perilaku
itu sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam. Tidak juga bagian dari ajaran
Islam. Akan tetapi karena mulut mereka setiap saat mengaku bahwa mereka adalah
umat Islam, maka wajar jika banyak yang menganggap seperti itulah ajaran Islam.
Padahal itu bukan ajaran Islam.”
“Akibatnya, jika yang dilihat adalah
perilaku sebagian umat Islam yang tak terpuji itu, dan itu yang dijadikan
timbangan, maka orang bisa antipati kepada Islam. Tak ayal, cahaya keindahan
Islam tertutupi. Tragisnya yang menutupi cahaya itu justru perilaku pemeluknya
yang tidak Islami.” (hal. 388-389)
Dan di novel ini Kang Abik melalui
Fahri meminta maaf secara bijaksana dengan kondisi umat Islam masa kini, perlu
diapresiasi.
“Maafkan saya dan juga umat Islam di
seluruh dunia ini, karena kesalahan kami yang belum selaras dengan Islam, maka peradapan
umat Islam modern ini sama sekali tidak bisa dibanggakan. Karena akhlak kami
yang mungkin masih jauh dari yang diidealkan oleh tuntunan Al-Qur’an dan
Sunnah, maka keindahan Islam jadi kabur. Kami bukannya membuat orang seperti
Anda bersimpati, justru sebaliknya kami membuat ribuan bahkan jutaan orang
seperti Anda mengeryitkan dahi ketika mendengar nama Islam. Orang seperti Anda
menjadi tidak tertarik memeluk Islam bukan karena ajaran Islamnya yang tidak
menarik, tapi karena perilaku kami yang tidak menarik. Maaflkan kami, Prof,
kami telah secara tidak sengaja menjadi penghalang cahaya indah itu.” (hal.
390)
7. Nasihat jiwa
Selain banyak sekali materi dakwah Islam, novel ini juga
sarat akan nasihat dan petuah-petuah Islam yang sangat pas untuk penyucian
jiwa. Banyak sekali nukilan dari nasihat ulama yang dipaparkan dalam novel ini.
Dengan begitu memang sangat pas menyematkan tagline judul “sebuah novel
pembangun jiwa” untuk novel Kang Abik ini.
“Ketauhilah, himmah
adalah wadah taufik. Kendarailah kuda himmah, niscaya kamu akan mencapai
puncak cita-citamu. Mintalah pertolongan Allah dalam setiap langkahmu, maju
maupun mundur, niscaya tidak akan sia-sia jerih payah payahmu dan akan tercapai
cita-citamu. Lazimkan sikap shidiq dan ikhlas, karena keduanya harus dimiliki
oleh orang-orang yang memiliki keberhasilan dan keuntungan dalam perdagangan.”
(hal. 27)
“JANGAN MENIPU ALLAH !”. “Kau mengerjakan amal yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya namun kau menginginkan selain Allah.
Takutlah dari riya’ ! Sesungguhnya riya’ adalah
syirik kecil. Dan sesungguhnya orang yang riya’ akan dipanggil di hari
kiamat di hadapan para makhluk dengan empat nama : “Hai orang yang riya’! Hai
orang yang mengkhianati janji! Hai orang yang larut dalam kemaksiatan! Hai
orang yang merugi! Telah rusak amalmu dan hilang pahalamu. Tidak ada pahala
kamu di sisi Kami. Pergilah lalu ambillah upahmu dari orang yang kau beramal
karena dia, hai penipu!” (hal 141)
“Masuklah menjadi bagian dari orang-orang yang berjalan
kembali menuju Allah, segera! Jangan menunggu hingga jalan itu tidak dapat
dilalui, atau tidak ada lagi orang yang memberi petunjuk ke jalan itu. Tujuan
itu datang ke bumi yang sempit dan pasti musnah ini bukan sekadar untuk makan,
minum, bersetubuh, atau berfoya-foya semata. Perilaku seperti itu bukan yang
dikehendaki oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi-Nya yang paling mulia, Muhammad
Saw.!” (hal. 146)
“Seandainya kita tidak mengenal Allah, lantas bagaimana kita
dapat menyembah-Nya, memuji-Nya, dan meminta pertolongan kepada-Nya?” (hal.
147)
8. Beragam Bahasa
Yang tak ketinggalan juga, bahwa Kang Abik selalu
menampilkan bahasa-bahasa asing dalam novelnya. Ketika di Ayat-ayat Cinta 1,
Kang Abik menampilkan bahasa arab khas Mesir, bahasa jerman dan inggris. Kalau
di Ayat-Ayat Cinta 2 Kang Abik lebih banyak menampilkan percakapan bahasa Turki
dibandingkan bahasa inggris. Yaitu melalui percakapan antara Fahri dengan Paman
Hulusi dan Fahri dengan Hulya.
9. Plot yang meliuk-liuk
Ayat-Ayat Cinta 2 ini menggunakan plot maju dan tetap
menampilkan 4 hal wajib dalam penguraian plot sesuai menurut Kenny dalam
bukunya How to Analyze Fiction, yaitu ; plausibilitas (plausibility),
unsur rasa ingin tahu (suspense), kejutan (surprise) dan
kesatupaduan (unity).
Untuk Plausibilatas, kebanyakan cerita dan plot bisa
dipercaya oleh pembaca. Walaupun cerita ketika Baruch menyerang Sabina
dan seperti ada faktor x yang membuat Sabina bisa selamat. Namun itu tidak
terlalu membuat rancu dan mengurangi nilai plausabilitasnya.
Kalau untuk suspense, Kang Abik selalu membuat rasa
penasaran yang tinggi. Apalagi ketika memasuki akhir cerita. Walaupun ada yang
dari awal sangat membuat penasaran pembaca yaitu siapakah sabina sebenarnya ?
Dengan adanya suspense, maka melengkapi surprise
yang dihasilkan. Pembaca seperti diajak kaget ketika memasuki bab akhir di
novel ini. Itulah yang membuat saya juga sangat gregetan ketika membaca bab
akhir di novel ini. Apalagi dengan akhir cerita yang begitu mengejutkan,
semuanya seperti tak bisa ditebak.
Untuk unsur unity, disinilah Kang Abik benar-benar
bisa meramu dari awal cerita, konlik dan penyelesaiannya. Walaupun menurut saya
cerita yang beralur maju seperti ini terkesan simpel dan membosankan. Namun,
dengan adanya suspense yang begitu kentara maka novel ini tak pernah
jenuh dibaca.
Dengan
segala kelebihan yang ada, masih sangat disayangkan kalau novel sekelas
Ayat-Ayat Cinta 2 ini masih banyak tulisan yang salah ketik (typo), apalagi
kesalahan nama tokoh utama Fahri berganti Fahmi. Mungkin Kang Abik masih susah move
on dengan cerita Fahmi di novel Api Tauhidnya. Namun kesalahan tersebut
masih bisa ditolerir mengingat ini baru cetakan pertama (november 2015) dan
sama sekali tidak memberi efek berarti dalam keutuhan cerita.
Novel
setebal 697 ini benar-benar layak disebut novel pembangun jiwa sesuai dengan
tagline judulnya. Tak hanya itu, novel ini sekaligus sebagai revolusi mental
bagi generasi muda muslim kita. Walau demikian, novel ini sangat layak untuk
dibaca oleh semua kalangan, karena isi dan pesannya yang tak terbatasi umur.
Mungkin karena sarat akan pesan moral tersebut, sampai sekarang novel ini masih
bisa bertengger di rak top 10 buku best seller. Semoga resensi ini
bermanfaat.
“Ada saat-saat manusia dihadapkan
dua pilihan yang tampaknya sederhana namun sesungguhnya tidak sederhana. Bahkan
jika mau, ia bisa tidak memilih keduanya dan justru memilih yang ketiga,
keempat, kelima, dan seterusnya. Ada banyak pilihan langkah dan amal. Ada yang
baik dan utama sekali, ada pula yang biasa. Ada yang dosa, dan ada yang dosanya
berlipat ganda.” (hal. 471)
Post a Comment for " Resensi Novel : Ayat-Ayat Cinta 2 : TENTANG CINTA DAN PERJUANGAN MEMBUMIKAN ISLAM "
Post a Comment